Daerah

MDTA Fathul Arifin Tungkal, Lestarikan Aksara Arab Melayu Sebagai Bahasa Pengantar

Selasa, 1 Juli 2025 | 20:00 WIB

MDTA Fathul Arifin Tungkal, Lestarikan Aksara Arab Melayu Sebagai Bahasa Pengantar

Santri MDTA Tungkal ilir sedang belajar di kelas.(Foto:NUOK/dok pribadi)

Tanjung Jabung Barat, NU Online Kepri

Anak-anak berjilbab dan kopiah berhamburan memasuki kelas di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Fathul Arifin di Jalan Beringin Ujung, Kelurahan Patunas, Kecamatan Tungkal Ilir, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi.


Agil Mizas Syauqi, salah satu guru MDTA Fathul Arifin menjelaskan bahwa pelajaran saat itu adalah pelajaran tauhid bab sifat wujud. Namun, uniknya pelajaran tauhid tersebut ditulis dengan aksara Arab Melayu.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


"Kita masih mempertahankan model pembelajaran dengan pengantarnya adalah aksara Arab Melayu. Sebagai ciri khas dan menjaga warisan para ulama Melayu," katanya, Ahad, (30/06/2025).


Mizas menambahkan, di Fathul Arifin disediakan guru khusus yang membantu siswa belajar membaca dan menulis Arab Melayu. Dikarenakan naskah tulisan dari manuskrip Islam yang tersebar di Jambi kebanyakan ditulis dengan menggunakan aksara Arab dan berbahasa Melayu, atau lebih dikenal dengan istilah huruf Jawi.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Arab Melayu juga dikenal dengan istilah huruf Jawi dengan alasan bangsa luar dulu mengenal Indonesia dengan tanah Jawi. Alasan lainnya karena yang menyusun huruf ini bernama Syekh Jawini. Guru bahasa pada abad ke-13 di Samudra Pasai, Aceh dan yang mempelopori penulisan karangan berbahasa Melayu.


"Rata-rata guru dan murid di sini bisa membaca serta menulis Arab Melayu. Ada banyak kitab kuning berbahasa Arab Melayu, ini menandakan bahwa peradaban Islam di tanah Melayu, khususnya Sumatera cukup maju,"imbuh Mizas.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Secara umum, kata Mizas, tulisan Arab Melayu merupakan tulisan dengan huruf hijaiyah dan ditambah 5 huruf bukan huruf Arab, melainkan huruf yang diciptakan oleh orang Melayu sendiri. Hal ini disebabkan huruf-huruf Arab mempunyai kekurangan dari sudut lambang-lambang untuk fonem Melayu.


Huruf-huruf tambahan ini ialah ca, (ج ), nga (غ ), pa (ف ), ga(ك ), nya ( ث ). Huruf-huruf baru ini ditiru dari huruf Arab misalnya ca ( ج ), diambil dari huruf jim ( ج ), huruf nga ( ع ), dari huruf ain ( ع ) huruf pa ( ف ) dari huruf fa ( ف ) dan ga ( ك ) dari huruf kaf ( ك ).

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


"Kita ingin anak Melayu tidak melupakan sejarah. Bahasa Arab Melayu dulu menjadi bahasa pengantar dalam bidang penulisan kesusastraan, Ilmu teologi dan falsafah sejak kerajaan Melayu berjaya,"ungkapnya.


Menurutnya, tidak banyak madrasah atau sekolah yang tetap bertahan mengajarkan Aksara Arab Melayu di Provinsi Jambi. Jumlahnya terus menurun karena banyak faktor. Alhasil, banyak generasi muda yang tidak bisa membaca Aksara Arab Melayu.


"Kalau kita lihat gedung pemerintah di Jambi, pasti depannya ada Aksara Arab Melayu. Namun, apakah semuanya bisa baca? Belum tentu. Karena tidak pernah belajar. Dulu ngaji di surau dan madrasah. Sekarang banyak yang tutup,"sesalnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Arab Melayu, kata Mizas, adalah bukti nyata peradaban Islam di Bumi Melayu berkembang pesat dan setara dengan peradaban Islam di daerah lain. Arab Melayu merupakan usaha ulama membangun peradaban Islam di Bumi Melayu secara keseluruhan dan rahmatal lil alamin.


Ia berharap, masyarakat Melayu mau membaca kembali kitab-kitab yang memuat ajaran IsIam berbahasa Arab Melayu lalu meresapi makna dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti ajaran tasawuf di Kitab Al-Hikam berbahasa Arab Melayu dan Kitab Perukunan sangat bagus untuk memperbaiki akhlak dan ibadah.


"Umat Islam di Bumi Melayu harus kembali aktif membaca kitab berbahasa Melayu. Tidak perlu minder. Kota harus ingat, bahwa leluhur kita merupakan orang pintar. Peradaban IsIam Melayu tidak kalah dengan pulau lain dan dunia internasional,"tutupnya.


Penulis : Syarif Abdurrahman

ADVERTISEMENT BY ANYMIND