Home Warta Nasional Daerah Melayu Keislaman Opini Pendidikan Sosok Khutbah Pemerintah Parlemen Pustaka Video Mitra

Melayu

Pendekatan Sejarah Menurut Raja Ali Haji

Raja Ali Haji 1809 - 1870. (Foto:NUOK/Istw)

Dalam banyak pembelajaran dan pengetahuan, kesejarahan seringkali bak menunjuk serta menyatakan laut yang di sana dalam namun tidak ada yang pernah menyelami lautan tersebut, dalam artian terlalu banyak kesejarahan yang bisa kita lihat dan kaji namun tidak sampai kepada tahapan ingin mengimplementasikan kesejarahan yang katanya jaya, adil makmur, saling menghargai, dan lain sebagainya.


Kekeliruan itulah yang sangat difikirkan oleh Raja Ali Haji. Di mana ketika melihat sejarah tidak satupun dilewatkan begitu saja, namun berusaha untuk mewujudkan segala kesejaran yang baik dan berusaha menghindari segala keburukan atas kesejarahan yang pernah di ketahuinya.


Raja Ali Haji bisa menembus berbagai dimensi ruang dan waktu pada masa lalu untuk membawanya menjadi sebuah kenyataan tatanan dalam berkehidupan. Ketika melihat kenyataan yang ada pada masa yang katanya ingin memasuki kepada masa emas dan kejayaan malah hal sebaliknya yang terjadi, di mana orang bukan lagi tidak menjadikan sejarah sebagai pijakan serta tolak ukur dalam bertindak, malah menjadikan sejarah sebagai angina lalu yang rasanya tidak perlu sangat untuk di ketahui ketimbang cerita-cerita mitos dan omongan dari orang-orang yang tidak di bidang kesejarahan. Lebih kacaunya lagi ketika kesejarahan bukan hanya di anggap angina lalu, tetapi juga menjadikan kesejaran yang tidak bersandar tadi sebagai asumsi untuk disebarluaskan.


Ketika dimudahnya teknologi serta media untuk menyampaikan keilmuan serta sejarah-sejarah, orang malah lebih mementingkan hiburan yang lebih identik menjadikan kita lalai dan tidak peduli atas permasalahan yang terjadi. jikalau belum bisa mengimplementasikan kesejarahan yang dulu pernah terjadi, setidaknya menyebarkan berbagai artikel, tulisan, serta ualasan yang telah di kaji lalu didalami oleh ahli yang berfokus di dalam bidang kesejarahan tersebut. Karena tidak ada hal yang luar bisa jikalau setiap hal kecil yang kita sepelekan tidak kita laksanakan serta fikirkan.


Siapa Raja Ali Haji

Salah seorang budayawan, sastrawan, ulama, dan ilmuwan Melayu yang sangat terkenal pada abad ke-19 ialah Raja Ali Haji. Selain dikenal dengan nama Raja Ali Haji, beliau juga disebut dengan nama Raja Ali AlHajj ibni Raja Ahmad Al-Hajj ibni Raja Haji Fisabilillah atau Engku Haji Ali ibni Engku Haji Ahmad Riau. Beliau dilahirkan di Pulau Penyengat pada 1808 dan diperkirakan wafat pada 1873. Pulau Penyengat, tempat kelahiran Raja Ali Haji, adalah sebuah pulau kecil yang memiliki luas hanya 240 hektar, yang sekarang berada dalam wilayah pemerintahan (penadbiran) Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, yang pada abad ke-19 pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Riau-Lingga-Johor-Pahang dengan semua daerah takluknya.


Baca Juga:
Tokoh-tokoh NU yang Lahir dan Wafat di Bulan Juni


Literatur Belanda menyebut Pulau Penyengat dengan sebutan Mars dan masyarakat tempatan menggelarinya dengan Inderasakti sehingga lengkapnya menjadi Pulau Penyengat Inderasakti.


Oleh jasa Raja Ali Haji dan penulis/pengarang sebelum dan sesudahnya, Pulau Penyengat, Kepulauan Riau menjadi kawasan Melayu yang paling banyak menghasilkan karya dalam pelbagai bidang pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20 dalam perjalanan budaya Melayu.


Aktivitas dan kreativitas keilmuan dan kebudayaan sangat subur di kawasan ini kala itu sehingga bangsa Melayu mewarisi tradisi besar yang sangat membanggakan kita yang hidup pada hari ini. Oleh sebab itu, tak 2 heranlah kita jika dikatakan bahwa pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 Kepulauan Riau menjadi pusat bahasa dan kebudayaan Melayu.


Di dalam menjalankan keseharian nya, Raja Ali Haji tidak hanya terfokus dalam dunia yang gerlap gemerlap karena keturunan raja. Pada masa yang belum cukup dalam mengemban keilmuan yang berat beliau sudah berfikir tentang tatanan .


Salah satu tatanan yang sudah di persiapkan dalam masa yang akan dating ialah bagaimana menciptakan bahasa persatuan. Setelah itu terfikir di benak beliau, maka beliau sudah menjadi pemikir dalam bidang kesejarahan.

Ucok Fatumonah Harahap
Editor: Muhamad Anas Bukhori Zubaidi