I'tikaf hingga Khataman Al-Qur'an, Kebiasaan Gus Baha di Bulan Muharram
Senin, 7 Juli 2025 | 09:21 WIB
Rembang, NU Online Kepri
Pengasuh Lembaga Pembinaan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Al-Qur'an (LP3iA), KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) memiliki kebiasaan baik dan bermanfaat ketika memasuki bulan Muharram atau Asyura.
Kebiasaan tersebut yaitu i'tikaf di tempat bersejarah, melakukan hal spesial seperti bertemu dengan teman ayahnya (KH Nursalim) dalam majelis Al-Qur'an, khataman Al-Qur'an, kumpul dengan ahli ilmu dan zikir bersama.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Hal ini disampaikannya saat rutinan ngaji Tafsir Jalalain surat Al-Qiyamah ayat 20-40 di kediamannya di Desa Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang seperti dikutip dari akun youtube OFFICIAL LP3iA https://www.youtube.com/live/n4qARHxoAF0?si=z-7H6hlf7We_WpIY, Sabtu (5/7/2025).
"Muharram itu sama dengan awal tahun Hijriyah, saya itu biasanya, ada adat (kebiasaan) i'tikaf di tempat-tempat yang bersejarah," jelasnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Gus Baha menegaskan, bahwa tradisi yang ia lakukan bukan bertujuan untuk mencari keris atau jimat, tapi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kebiasaan yang dilakukan oleh Gus Baha ini sudah berlangsung bertahun-tahun dan terus ia pertahankan.
"Cuma niat saya bukan cari keris, tapi jangan ditiru. Nanti malah harus utang ke orang untuk biayanya,"kata Gus Baha.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Gus Baha di bulan Muharram, selain khataman Qur'an dan mengaji tafsir Jalalain, ia juga mengaji hadits Shahih Muslim. Gus Baha mendorong umat IsIam secara umum menghiasi bulan muharram dengan hal baik dan ada unsur ilmunya. Sehingga otak sebagai pusat kontrol diri mendapatkan makanan dan membuat hidup lebih terarah.
"(Muharram) jangan hanya mencuci keris, otaknya juga dicuci, diberikan ilmu,"pinta Gus Baha.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Meskipun begitu, Gus Baha mengaku memiliki keris. Namun, ia tidak bisa berbagi bab keris karena beberapa alasan. Memiliki keris dengan berkeyakinan bahwa Allah maha berkuasa dan pemilik segalanya di bumi dan langit.
"Saya punya keris banyak. Kalau (bicara) minta boleh, kan minta, cuma tidak dikasih. Ini bahasa manteq, minta saja masak tidak boleh, dikabulkan atau tidak itu beda lagi,"tandasnya.( Syarif Abdurrahman ).
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
ADVERTISEMENT BY ANYMIND