Kisah Dea Amelia, Pedagang Basreng Online Beromset Jutaan Rupiah
Batam, NU Online Kepri
Siapa sangka dari bisnis kecil-kecilan bisa menghasilkan omset hingga jutaan rupiah.
Namanya Susiyani, ibu satu anak ini dalam kesehariannya adalah ibu rumah tangga. Namun, di masa sengganya mengurus anak dan suami, wanita asal Subang ini mencoba bisnis kecil-kecilan dengan menjual secara online panganan khas Sunda yakni basreng alias bakso goreng.
Tak disangka, bisnis yang awalnya hanya sekadar nyambi mengisi waktu luang, kini sudah menjadi tumpuan dapur. Omsetnya sekarang sudah jutaan. "Saya awalnya hanya buang-buang suntuk saja. Karena bosan juga kan di rumah. Akhirnya ke pikiran mending jualan," kata Dea—sapaan akrabnya—saat ditemui di kediamannya di bilangan Bengkong Bengkel, Batam, beberapa hari lalu.
Kepada redaksi, Dea mengisahkan ide untuk berbisnis basreng karena makan dari olahan bakso ikan ini masih sulit dijumpai di Batam. Padahal, menurutnya, basreng termasuk makanan ringan yang renyah dan cocok untuk lidah orang Indonesia.
Karena itulah ia pasang niat sungguh-sungguh, memulai bisnis basreng. Masalah kemudian timbul, bagaimana mencari pegepul basreng di Batam. Sementara, makanan ini masih kurang familiar di masyarakat Batam. Setelah tanya sana-sini, ia kemudian memutuskan memasok basreng langsung dari tanah kelahirannya.
"Saya kontak saudara di sana (Subang) minta carikan penjual basreng paling enak sekaputen," tutur wanita kelahiran April 1993 ini.
Setelah barang sampai di Batam, ia kesulitan untuk memasarkan basreng. Bahkan beberapa kenalan yang ia tawarkan mengira basreng itu sejenis kacang goreng. "Di sini kan dulu itu masih kurang dikenal. Paling juga yang tau basreng hanya orang Sunda aja," kenangnya.
"Awal-awalnya sempat rugi banyak. Barang menumpuk nggak ada yang beli. Suami pun suruh berhenti aja jualan. Biar fokus jaga anak. Namun dasarnya saya nggak bisa diam, akhirnya basreng itu saya packing kecil-kecil dan mulai jualan online.
Setelah ia mencoba peruntuan dengan menjajakan barangnya via online, akhirnya ada titik terang. Pelanggan tetap pun sudah bermunculan. Ia rajin mantengiin semua platform media sosial. Ia punya tips soal berbisnis online bahwa tak boleh ada kata sungkan atau malu menawarkan barang di grup-grup WhatsApp maupun Facebook. Orang lain juga melakukan hal serupa, kita jangan kalah.
"Saya bahkan beberapakali di-banned. Ah, masak bodoh. Yang penting kita jualan. Kalau jualan online sebarannya dan jangkauannya sangat luas. Tinggal rajin aja kita post dagangan kita aja. Berapa kali? Sebanyaknya."
Dea kini menuturkan, lebih senang menawarkan barangnya di online ketimbang secara konvensional. Cuman memang menurutnya harus sabar menghadapi pertanyaan dari costumer dan harus rajin bersosial media. Nambah pertemanan dan relasi.
"Kita juga kudu harus selalu online. Karena kan kita tak tau calon pelanggan itu online kapan. Pokoknya sebisanya pesan yang masuk segera dijawab. Karena kalau ditinggal, mereka lari ke lapak sebelah."
Hal itu dulu pernah beberapa kali ia alami. Saat ia masih menggunakan data terhubung ke internet. Semenjak ia mengenal Indihome, ia langsung jatuh hati dan memakainya hingga kini untuk kelancaran bisnisnya.
"Tau sendiri kan kalau paket data itu kadang cepat habis. Mana sering gangguan. Akhirnya, kawan ada saranin pakai Indihome. Sejak Maret tahun lalu sudah langganan Indihome dan tak perlu kwatir lagi kehabisan data atau bufering. Indihome membatu kelancaran usaha saya," jelasnya.
Ia berharap UMKM yang ada di Batam bisa terus tumbuh. Menurutnya salah satu cara yang paling efektif yakni dengan memanfaatkan teknologi. Dengan teknologi sebaran informasi bisa luas dan cepat. Bisnis pun bisa semakin lancar.
"Kita bisa manfaatkan teknologi untuk mendukung kelancaran bisnis yang kita jalani. Dan, saya bersyukur banget dengan bantuan Indihome bisnis saya semakin lancar," pungkasnya.