PWNU Kepri Gelar Pendidikan Menengah Kepemimpinan Nahdlatul Ulama Angkatan I
Batam, Nu Online Kepri
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menggelar PMKNU (Pendidikan Menengah Kepemimpinan NU) angkatan I. Dipusatkan di Asrama Haji BP Batam, kegiatan dilaksanakan selama 5 hari mulai tanggal 6 s.d. 10 November 2024 dengan menghadirkan instruktur nasional dari PBNU.
Dalam laporannya, Ketua Tanfidziyah PWNU Kepri Mahbub Daryanto mengatakan, perkembangan organisasi Nahdlatul Ulama di Provinsi Kepri telah mengalami peningkatan.
“Dua tahun terakhir ini PWNU Kepulauan Riau telah mendorong berdirinya struktur MWCNU, lembaga-lembaga NU, termasuk juga badan-badan otonom NU,” kata Mahbub saat pembukaan PMKNU di Aula Arafah I Asrama Haji BP Batam, Rabu (06/11/2024).
Hadir dalam seremoni pembukaan tersebut, Ketua PBNU Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan (OKK) Dr. K.H. Miftah Faqih, M.A. M.Hum. dan Dr. H. Muhammad Faesal M.H., M.Pd., Rais Syuriyah PWNU Provinsi Kepri K.H. Usman Ahmad beserta jajaran Pengurus Syuriyah, Kepala Kanwil Kemenag Kepri diwakili Kabag Tata Usaha, jajaran pengurus Tanfidziyah PWNU Kepri, Ketua PCNU dan MWCNU se- Kepri, Pengurus Badan Otonom dan Lembaga Nahdlatul Ulama.
Lebih lanjut, Mahbub menyampaikan, sebagai upaya meningkatkan pengetahuan para pengurus dan bekal untuk menjalankan kepengurusan NU, PWNU Kepri telah melaksanakan pendidikan kaderisasi, baik PD-PKPNU dan PMKNU yang sedang dilaksanakan.
“Dengan pendidikan kader ini diharapkan gerakan NU menjadi lebih kuat dan lebih solid dalam membangun peradaban di Provinsi Kepri,” harapnya.
Sebagai informasi, total jumlah kader yang telah mengikuti pendidikan PD-PKPNU hingga saat ini berjumlah 594 orang. Sedangkan PMKNU yang akan diselenggarakan mulai tanggal 6 November merupakan kegiatan PMKNU angkatan pertama yang diikuti oleh 71 peserta.
Ketua PBNU Bidang OKK Miftah Faqih sebelum membuka kegiatan mengatakan, NU merupakan organisasi jam’iyah yang tidak sekadar tempat berkumpul, tetapi memiliki aturan yang harus ditaati oleh para anggotanya.
“NU tidak sekadar tempat berkumpul, menyatu dan bersaudaraan, ada aturannya. Ibarat solat ada imam ada makmum, imamnya cuma satu makmumnya banyak, ada aturan menjadi imam dan menjadi makmum yang baik. Setiap kalian adalah pemimpin di levelnya masing-masing,” ucap Miftah Faqih.
Menyoroti aturan organisasi, Miftah menekankan bahwa pengurus dan anggota NU harus mengikuti arahan pimpinannya. Pemimpin yang tidak hanya siap bertanggung jawab di dunia, tetapi juga akhirat.
“NU adalah organisasi kekiaian yang lahir dari pesantren, jadi tidak ada imam ikut makmum. Dinamika apapun yang terjadi di NU, kalo ingin tenteram wajib mengikuti pengurus besarnya. Kalo mau jadi pewaris nabi, kiai, maka tidak boleh sepenakedewe (seenaknya saja, red) menjalankan kepemimpinan organisasi,” tegasnya.
“Pemimpin akan dihisab kepemimpinannya, tidak hanya sebatas menyerahkan LPJ tapi juga dihisab di akhirat. Hanya yang berjiwa pemimpin yang bernaung di NU dengan serius,” imbuhnya.
Terkait kegiatan MKNU, Miftah menyebutkan MKNU adalah suluk jam’iyah (berzikir) yang tidak boleh dijalani secara sepele.
“Harus diikuti dari awal sampai akhir, semua harus serius dan disiplin. Kaderisasi tidak akan berhasil kalo tidak ada keseriusan instruktur, keseriusan peserta, dan materi, sebagaimana seriusnya para muassis mendirikan organisasi ini,” serunya.