• logo nu online
Home Warta Nasional Daerah Melayu Keislaman Opini Pendidikan Sosok Khutbah Pemerintah Parlemen Pustaka Video Mitra
Kamis, 2 Mei 2024

Daerah

Praktik Baik Moderasi Beragama

Banser Bukan Hanya Jaga Gereja, Juga Jaga Indonesia

Banser Bukan Hanya Jaga Gereja, Juga Jaga Indonesia
Dokumentasi Kegiatan PAM Perayaan Hari Natal.(Foto:NUOK/ist)
Dokumentasi Kegiatan PAM Perayaan Hari Natal.(Foto:NUOK/ist)

Batam, NU Online Kepri

Menjelang peringatan Natal, hal tahunan yang sering berulang adalah perdebatan soal boleh tidaknya Muslim mengucapkan selamat hari Natal. Perdebatan itu nyaris tanpa ujung, uniknya begitu selesai Natal, perdebatan pun usai. Dan, kembali akan ramai Natal tahun depan.


Selain perdebatan pengucapan hari Natal yang tak berkesudahan itu, para ormas yang ikut menjaga gereja juga tak lepas dari cercaan. Maksud saya, bukan para tapi beberapa ormas, sebut saja misalnya, Banser NU.

Dokumentasi Kegiatan PAM Perayaan Hari Natal.(Foto:NUOK/ist)


Cerita personil Banser jaga gereja kemudian mendapatkan cercaan bukan hal baru. Sudah sering terjadi.  Bahkan sepertinya tiap tahun narasi Banser jaga gereja bukan jaga masjid itu masuk dalam perdebatan-perdebatan.


Namun meskipun dibully, dicaci maki, personil Banser anteng saja. Biasa saja. Tetap saja mereka ikut dalam pengamanan gereka. Menurutnya, yang ia jaga adalah Indonesia. "Bukan pada gereja, kami jaga itu Indonesia," kata Anas Buchori salah satu petinggi Banser di Kecamatan Sagulung, Batam, saat berbincang dengan NU Online Kepri, Senin (18/12/2023).

Dokumentasi Kegiatan PAM Perayaan Hari Natal.(Foto:NUOK/ist)


Anas menceritakan, beberapa tahun belakangan Banser yang ia pimpin rutin ikut berpartisipasi dalam pengamanan malam Natal. Bukan itu saja, beberapa kegiatan yang dilaksanakan umat Katolik, Banser selalu dilibatkan. "Khusus untuk Natal, Banser kami sebar ke beberapa titik di wilayah Sagulung," ujar pria kelahiran Nganjuk ini.


Selama berpartisipasi dalam pengamanan Gereja, tak sedikit yang mencibir. Tak sedikit yang membuli. Bahkan di lingkungan tempat tinggalnya yang mayoritas muslim setiap menjelang Natal, di grup WhatsApp nada cibiran selalu dilontarkan. Biasanya, kata Anas, bulliyan itu akan menjadi ramai kalau ditanggapi. Untuk itu, biasanya ia hanya diam saja melihat percakapan di grup WhatsApp.


"Paling biasanya bilang, 'bentar lagi Natal ni, Banser kita dapat proyek lagi kan," ujarnya. Nada buliyan cendrung sama tiap tahun, hanya terkadang intensitasnya saja yang tidak sama. Kadang kenceng, kadang agak landai.


Ejekan yang sering diterima Anas, juga dirasakan beberapa Banser di wilayah Sagulung. Untuk itu, sebagai pemimpin tertinggi, ia selalu memberi motivasi, arahan, dan semangat kepada kawan-kawan Banser lain untuk tidak terlalu mengambil pusing akan adanya ejekan itu. Meskipun sebenarnya, dalam hati kecil, ada rasa ingin berontak, namun itu bisa dihindari. "Kepada kawan-kawan (Banser) saya sering bilang untuk seng sabar," ungkapnya.


"Kalau di perumahan saya itu memang, rata-rata agak anti dengan kebhinekaan. Jadi saya agak maklum kalau kemudian Banser sering di bully di sana. Karena salah satunya Banser itu menjaga dan merawat kebhinekaan. Nah, kalau ada isu-isu agama, paling kenceng mereka komentar. Saya kadang hanya geleng-geleng kepala saja. Namun, saya yakin perlahan mereka akan sadar akan pentingnya rasa saling mengerti dan memahami soal perbedaan," urainya.


Yang membuat ejekan itu kian membekas adalah karena adanya tuduhan yang mengada-ada soal dalam setiap keterlibatan Banser menjaga gereja ada anggaran jumbo di sana. "Selain kami dituduh kafir, kami juga sering dibilang jaga gereja karena ada uangnya," jelas Anas. Padahal menurut Anas, Banser di mana pun tak pernah sedikitpun mengharapkan apa-apa kegiatan dalam bertugas. Semua dilakukan ikhlas. Bukan itu, kata Anas, Banser juga tidak hanya menjaga Gereja, rumah ibadah umat lain juga beberapa kali Banser diminta untuk terlibat. Jadi, katanya, salah kalau Banser itu suka jaga gereja.

Dokumentasi Kegiatan PAM Perayaan Hari Natal.(Foto:NUOK/ist)


"Saya sering bilang, yang kami jaga itu, Indonesia. Yang kami jaga itu kebhinekaan," jelasnya.


Anas bilang, selalu mengenang aksi heroik Banser Riyanto yang memeluk bom pada saat perayaan malam Natal di Gereja Eben Haezar, Mojokerto. Yang kemudian akhirnya Riyanto tewas. Aksinya banyak mendapatkan pujian dari berbagai pihak. Menurut Anas, dari kejadian itu ia punya kesimpulan bahwa teror terhadap rumah masih ada dengan satu tujuan untuk mengoyak-ngoyakkan persaudaraan.


Hal itu juga dibuktikan, setiap menjelang perayaan Natal, ada saja kemudian polisi menemukan bahan peledak. Bukan itu saja, beberapa kali juga gereja mendapatkan ancaman teror. Mengantisipasi itu semua, Banser kemudian suka rela ikut membantu pengamanan di beberapa gereja. "Kami hanya ingin memastikan kawan-kawan kami, lebih tenang dalam menjalankan ibadahnya. Katanya, kalau ada Banser, mereka makin tenang," jawabnya sambil terkekeh.


Perihal Banser yang ikut menjaga gereja lalu kemudian mendapatkan buliyan, baik itu di medsos maupun dalam grup-grup WhatsApp, sebenarnya ada kebiasaan informasi di sana. Atau memang ada ketidaksukaan saja terhadap eksistensi Banser. Karena menurut Anas, kalau mau jujur, sebenarnya pada saat peringatan Natal, bukan hanya Banser saja yang berpartisipasi. Ormas lainnya juga pernah dan rutin membantu pengamanan gereja. "Kokam (muhamadiyah), bahkan FPI pun sering kok (pengamanan gereja). Jejak digitalnya banyak bertebaran. Bisa dicek kapan saja. Tapi, selalu Banser saja yang mendapatkan cemooh," ungkapnya.


Untuk itu kemudian ia sebenarnya tidak terlalu ambil pusing dengan adanya buliyan itu. Menurutnya, orang yang membuly itu hanya kurang informasi saja. Atau informasi yang ia peroleh sangat minim. Apalagi soal Banser. Bahkan terkadang terpotong. Jadilah kemudian rasa bencinya saja yang ditimbulkan. Padahal menurut Anas, hak mereka (umat lain) untuk beribadah dengan tenang. Kita hanya diminta untuk menghargai saja.

Dokumentasi Kegiatan PAM Perayaan Hari Natal.(Foto:NUOK/ist)


"Saya perhatikan di Batam, di beberapa wilayah, toleransinya masih kurang. Maka, kami juga terus mendorong agar bagaimana toleransi bisa terus tumbuh. Mereka bisa kemudian menerima adanya perbedaan. Salah satu yang kemudian kami lakukan, kami sering mempertontonkan kemesraan kami (antar umat beragama) melakukan kegiatan bersama. Khusus dalam perayaan hari besar, kami saling memberi support. Kalau ada perayaan Waisak, kami minimal datang ke sana memastikan semuanya lancar. Dan kawan-kawan pun beribadah dengan tenang," katanya.


Baginya persoalan buly itu hanya soal waktu saja. Persoalan tahunan yang selalu berulang. Meski dibuliy Banser selalu ada untuk kemanusiaan


Daerah Terbaru