• logo nu online
Home Warta Nasional Daerah Melayu Keislaman Opini Pendidikan Sosok Khutbah Pemerintah Parlemen Pustaka Video Mitra
Kamis, 2 Mei 2024

Daerah

Praktik Baik Moderasi Beragama

Cara IPNU Batam Rawat Toleransi

Cara IPNU Batam Rawat Toleransi
Foto Pelajar IPNU yang Viral Sholat di Aula Gereja.(Foto:NUOK/dok pribadi)
Foto Pelajar IPNU yang Viral Sholat di Aula Gereja.(Foto:NUOK/dok pribadi)

Batam, NU Online Kepri

Bolehkah kita sholat di dalam gereja? Pertanyaan singkat ini ketika dilempar ke masyarakat awam pastinya akan menjadi polemik berkepanjangan. Soal boleh atau tidaknya sholat di gereja atau di rumah ibadah agama lain memang para ulama juga berbeda pandangan soal ini. Ada yang membolehkan tapi tak sedikit yang melarang.


Pertanyaannya kemudian saya ubah, bagaimana kalau sudah pernah sholat di kawasan gereja, apa pahalanya sampai atau tidak? Sebelum menjawab pertanyaan yang terbilang ekstrim—untuk kalangan awam—mari sejenak mendengarkan kisah anak-anak Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) yang sempat (dulu) viral karena sholat di Aula gereja yang ada salibnya.


Bukan hanya viral tapi kejadian itu menjadi perbincangan nasional berhari-hari. Celakanya lagi, beberapa kader IPNU sempat trauma dan berjanji untuk tidak akan bergabung lagi dengan IPNU. Mereka down karena pemberitaan yang masif itu dan dinilai sebagai orang kafir. Hingga kini memang ada beberapa kader IPNU yang sudah vakum namun selebihnya bisa kembali bernaung dibawah panji-panji NU.


Viralnya anak-anak IPNU yang sholat di gereja itu sebenarnya tidak diprediksi. Karena memang beberapa pelajar IPNU dan pelajar Katolik tercatat beberapa kali melakukan kegiatan bareng dengan tujuan untuk merekatkan persaudaraan atas nama warga negara.

Foto Pelajar IPNU yang Viral Sholat di Aula Gereja.(Foto:NUOK/dok pribadi)


Termasuk juga ketika saat itu, rombongan IPNU sedang melakukan kegiatan bareng dengan pelajaran Katolik bertemakan Jambore Pelajar Katolik yang diadakan di Yayasan Tunas Karya (SD Katholik St. Ignasius Loyola) di daerah Rempang Galang Kota Batam. IPNU waktu diminta untuk menampilkan kesenian hadroh dalam Jambore itu. Berhubung lokasi tempat kegiatan jauh dari pusat kota Batam, maka rombongan IPNU dan ditemani beberapa personil Banser berangkat sebelum magrib. "Kami berangkat sebelum magrib, sampai di lokasi sudah hampir jam 7, maka waktu itu agak bimbang mau sholat di mana. Karena juga mencari masjid takut kelewatan akhirnya kami sholat di dalam gereja," tandas  Irfan Syahril Sekretaris IPNU Batam yang saat itu juga ikut bersama rombongan.

Aula Gereja yang digunakan sholat Pelajar IPNU.(Foto:NUOK/dok pribadi)


"Selepas sholat semua tampak normal. Biasa saja," tandas Irfan sapaan akrabnya. Bahkan menurutnya, mereka sembet ngobrol dan diskusi setelah acara bubar. Ia pun tak menyangka kedatangannya kemudian ke acara jambore itu menjadi viral dan sempat"membuat gaduh". Hal itupun ia ketahui setelah beberapa hari pelaksanaan jambore.


Hal itu pun ia ketahui dari beberapa media yang sudah di-framing sedemikian rupa. "Bahkan beberapa media ekstrim menuduh kami sesat," ujarnya. Berita yang beredar luas hampir sepenuhnya menyesalkan tindakan yang dilakukan oleh anak-anak IPNU. Mereka beranggapan tak sepatutnya pelajar sholat di dalam gereja. Itu bukan contoh yang baik untuk meskipun atas nama toleransi.


"Yang saya sayangkan itu, kenapa mereka (media) tidak konfirmasi ke kami (IPNU) atau pelajar Katolik yang persis tau situasinya. Mereka hanya melihat kami (IPNU) sholat di aula gereja yang kebetulan ada salibnya tanpa kemudian mau melihat kronologi utuhnya," terang Irfan.


Yang disayangkan Irfan juga beberapa pengurus teras NU Batam mengecam keras tindakan pelajar IPNU itu. Penceman itu juga dilontarkan di grup-grup WhatsApp. Hal yang membuat ia kemudian lebih terjepit, beberapa kader-kader IPNU yang ikut sholat berjamaah dan masih pelajar aktif menjadi trauma. Bukan saja trauma tapi mendera tekanan batin. "Ada beberapa yang langsung diancam akan dikeluarkan dari sekolah," katanya.


Pihak orang tua dari pelajar IPNU itupun sampai marah-marah. Anaknya diikutkan dengan organisasi yang tidak jelas. Organisasi yang membolehkan sholat di dalam gereja. "Saya saja sebagai Sekretaris IPNU awalnya juga kaget. Kok bisa seperti ini. Viral dan menjadi perbincangan di mana. Saya kemudian menghadap Kiai Masruri (Ketua Ansor Batam) yang waktu itu juga sebagai penasehat IPNU. Saya ceritakan semuanya, kronologinya termasuk beberapa pelajar IPNU yang trauma dan tidak mau ber-IPNU lagi. Akhirnya, kami pelan-pelan buat klarifikasi terlebih dahulu ke media sambil kemudian mengajak anak-anak IPNU bicara dari hati ke hati. Memberi mereka pemahaman bahwa ini sebenarnya hanyalah salah faham," ungkap irfan.


Selain mendatangi satu-persatu orang tua kader-kader IPNU, hal yang ia lakukan adalah meluruskan informasi yang terlanjur viral. Kepada para orang tua, irfan bercerita bagaimana susahnya membujuk dan membalikkan hati orang tua. Namun sebagai salah satu pengurus pimpinan tertinggi di organisasi IPNU, ia siap menerima segala resiko. Ia juga sempat ke beberapa kiai berpengaruh di Batam minta suntikan moril sembari meyakinkan bahwa sebenarnya sholat di dalam gereja itu boleh sepanjang ada sebabnya.


"Ini yang orang tidak terlalu memahami. Bahwa pun kami sebenarnya ingin sholat di masjid. Selain tentu bisa khusyu kan. Tapi, pertimbangkan tidak sesederhana itu. Waktu magrib sudah mepet. Takutnya kami cari masjid, nggak keburu lagi magrib. Lagian pihak tuan rumah, saya ingat waktu itu ada berseru, 'sudah sholat di sini aja. Kami anteng saja. Cuman karena ada salib itu. Kemudian menjadi "rame".


Dari kejadian dan viralnya ia bersama kader-kader IPNU, ia dapat pelajaran berarti bahwa sebenarnya masih ada pihak-pihak yang mencoba mengoyak-ngoyak persatuan. Mencoba membenturkan antar umat beragama. Dalam peristiwa itu, ia mencoba mengurai dari mana sebenarnya ini bermula lalu menjadi heboh. "Ternyata memang dari kelompok-kelompok itu juga. Kami sih ndak heran," ungkapnya.


Ia juga bisa menarik kesimpulan, bahwa apapun yang dinilai baik bisa diplintir menjadi berbau tidak enak. Menurutnya, ini menjadi tantangan tersendiri untuk terus menyuarakan perbedaan. Untuk bisa terus hidup rukun dan berdampingan tanpa kemudian mau mempermasalahkan perbedaan.


"Kalau sedikit saja mau berfikir jernih, kami datang ke acara jambore itu kan niatnya membangun silaturahmi, juga mengenalkan apa itu rebana. Harusnya itu yang dilihat. Itu yang diapresiasi bagaimana kami bisa berbaur, bisa tetap bekerja sama dalam perbedaan. Ini kemudian fokusnya ke sholat yang di aula gereja. Lagian sholat di dalam gereja pun ulama juga ada yang membolehkan. Itu yang sampai saat ini saya sesalkan. Kenapa begitu," ujar salah satu vokalis hadroh ini.


Tantangan untuk menyuarakan moderasi beragama memang akan terus mengalami hambatan dan rintangan. Rintangan itu akan terus menghadang layaknya ombak besar di lautan. Namun, metal baja dan rasa toleransi yang dimiliki akan mampu menghadang itu semua. Anak-anak IPNU mampu memberikan teladan, meski ia awalnya dicaci, dicemooh, dikafirkkan. Mereka tidak kapok. Mereka tetap menganggap saudara yang bukan seiman adalah saudara dalam bernegara. Terus pupuk rasa solidaritas dan junjung toleransi. Semoga.


Daerah Terbaru