• logo nu online
Home Warta Nasional Daerah Melayu Keislaman Opini Pendidikan Sosok Khutbah Pemerintah Parlemen Pustaka Video Mitra
Kamis, 2 Mei 2024

Daerah

Praktik Baik Moderasi Beragama

Gasebo Toleransi, Wajah Toleransi di Kota Batam

Gasebo Toleransi, Wajah Toleransi di Kota Batam
Salah Satu Kegiatan Gasebo Toleransi di Kota Batam.(Foto:NUOK/ist)
Salah Satu Kegiatan Gasebo Toleransi di Kota Batam.(Foto:NUOK/ist)

Batam, NU Online Kepri

Selain dikenal sebagai kota industri, Batam juga dikenal sebagai kota multi etnis. Multi etnis sebab di kota ini hampir semua suku dan agama yang ada di republik ini ada di Batam. Dan, tentu saja sebagai kota yang beragam, dibutuhkan persatuan dan toleransi agar Batam tetap kondusif dan terus tumbuh.


Menjaga persatuan dan toleransi seyogyanya harus terus digelorakan. Dan itu sebenarnya tidak mudah. Sebab ada banyak sekali benturan dan tantangan. Sedikit saja tersulut—lebih-lebih soal agama —kekerasan dan intimidasi bahkan hingga perpecahan akan terjadi. Sepertinya misalnya yang terjadi di beberapa daerah. Persoalan mengenai perbedaan agama begitu mudah mengoyak-ngoyak persatuan.


Di Batam meskipun multi etnis, multi agama tapi kasus-kasus mengenai persekusi, intimidasi hingga penggusuran rumah ibadah sangat jarang terdengar di ruang-ruang publik. Salah satu yang menyebab toleransi begitu tumbuh dan menjadi semacam perekat berkat adanya komonitas Gasebo Toleransi.


Gasebo Toleransi memang terbentuk dari adanya komitmen bersama untuk menjaga kerukunan. Kepedulian akan adanya persatuan. Dan, keinginan untuk menciptakan konduksifisitas di tengah perbedaan. Gasebo Toleransi beranggotakan semua agama yang diakui di republik ini dan kegiatan-kegiatan yang selama telah dilakukan selalu melibatkan semua unsur agama. Sebut saja salah satu misalnya Haul Gus Dur.


"Meski terbilang baru (Gasebo Toleransi) namun sebenarnya kekompakan kami dan sikap toleransi yang kami jalin sudah berlangsung lama. Kami khususnya dengan Pemuda Katolik setiap perayaan Hari Besar sering menunjukkan kekompakan dengan saling bekerja sama khususnya dalam hal pengamanan," kata Takat Prasetyo Ketua Gasebo Toleransi saat ditemui di kediamannya, Rabu (13/12/2023).

Salah Satu Kegiatan Gasebo Toleransi di Kota Batam.(Foto:NUOK/ist)

"Tapi, kemudian kami perlu wadah dan bentuk komitmen, maka kemudian kami bentuk komonitas namanya Gasebo Toleransi," ungkapnya.


Dinamai Gasebo Toleransi sebab dulunya, komonitas ini bermarkas di gasebo. Letaknya persis berada di Jalan Trans Barelang. Dan, beberapa kegiatan-kegiatan sering diadakan di gasebo tersebut. Misalnya gelaran Haul Gus Dur yang dirangkai dengan dialog lintas agama.


Gasebo Toleransi lahir bukan dengan perencanaan yang panjang dan matang. Bukan juga dorongan untuk politik. Apalagi untuk meraih jabatan. Gasebo Toleransi lahir karena adanya kesepahaman bersama dan seringnya melakukan ngopi dan berkegiatan bareng. "Jadi, ya kami duduk-duduk, ngumpul, tercetuslah ide bagaimana agar buat saja komonitas. Jadi lebih legal. Bukan dengan pemikiran-pemikiran yang berat-berat itu. Bukan," terang mantan Ketua Ansor Sagulung ini.


Takat menjelaskan, sudah banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Gasebo Toleransi. Menariknya, menurut Takat, setiap kegiatan yang dihelat selalu melibatkan kepanitiaan dari berbagai unsur agama. Itu dilakukan untuk tetap menjaga kekompakan dan tetap menjadikan Gasebo Toleransi sebagai rumah bersama dan milik bersama.


"Jadi, kalau ada orang cerita-cerita teori-teori toleransi. Bagaimana membumikannya. Sebenarnya kadang kami jengah juga. Lah, wong kami ini bukan lagi sebatas teori. Tapi, sudah praktek besar di lapangan. Kami tak perlu bicara-bicara teori lagi. Tapi sudah menjalankan. Kalau Natal ya, kami muslim ya ikut bantu pengamanan Gereja. Begitu juga kalau ada peringatan hari besar agama lainnya. Teman-teman langsung buat posko bergerak tanpa dikomando," tuturnya.


Toleransi menurut Takat bukan lagi sebatas wacana. Tapi sudah menjadi bagian dari kehidupannya. Ia bahkan bertemu dan ngopi bareng dengan pengurus-pengurus Gasebo Toleransi setiap saat. Bukan hanya karena ada masalah genting apalagi ada isu-isu terkait agama. Menurutnya, pertemanan bukan lagi diukur dari keyakinan tapi tapi saling pengertian dan saling bisa memahami.


Salah satu momen krusial yang selalu diingat Takat adalah saat mendirikan posko mudik lebaran di Gasebo Toleransi. Saat itu banyak masyarakat bahkan kalangan Nahdiyin sendiri yang mencibir keberadaan posko tersebut. Salah satu alasannya karena adanya keterlibatan Pemuda Katolik di dalam kepanitiaan Posko Mudik itu. Namun, pendirian Posko Mudik lebaran terus berjalan bahkan dilanjutkan hingga tahun baru.


"Awalnya pendirian Posko Mudik itu banyak pertentangan. Kami dituduh macam-macam. Tapi, kami jalani saja. Ikhlas. Kami hanya ingin menunjukkan bahwa meski kami berbeda Agama namun bisa bergandengan tangan memantau masyarakat yang membutuhkan," ungkap Takat.

Salah Satu Kegiatan Gasebo Toleransi di Kota Batam.(Foto:NUOK/ist)
 

"Begitu juga misalnya kalau ada perayaan Natal. Banser pasti turun. Ikut pengamanan. Pemuda Katolik juga gantian jaga pengaman kalau sedang ada sholat idul Fitri di masjid-masjid. Inilah bukti kongkret bagaimana kami menjaga toleransi. Bukti bahwa kami menerima perbedaan tapi tidak untuk dipertentangkan," tuturnya.


Gasebo Toleransi menurut Takat intens melakukan kajian-kajian soal keberagaman. Melakukan dialog-dialog lintas agama. Bahkan isu-isu hangat dan strategis sering menjadi perhatian bersama. Ia selalu menekankan untuk mencari solusi dibalik setiap persoalan. Utamanya soal melihat perbedaan-perbedaan.


"Kalau dialog. Diskusi-diskusi dengan mendatangkan para pembesar-pembesar sudah sering kami gelar. Dan, alhamdulilah semuanya mendapat atensi baik dari masyarakat. Terbukti setiap acara yang kami laksanakan selalu dipenuhi tamu undangan dari berbagai golongan dan lintas agama."


Salah satu yang membuat Gasebo Toleransi terus eksis dan giat mengkampanyekan isu-isu keberagaman karena adanya perhatian dan dukungan moril dari para pemuka-pemuka agama. Dorongan dan sokongan moril itu membuat mantap para pengurus Gasebo Toleransi meyakini apa yang dilakukannya sudah berada di jalan yang benar. Ini sudah pas dilakukan untuk keberlangsungan Indonesia.


"Untungnya kami kan, para tetua, para Kiai, Romo, dan pembuka agama begitu penuh men-support kami. Jadi, rintangan gimana pun kami jalan aja. Tujuannya kami jelas agar perbedaan bukan halangan," jelasnya.


Salah satu Wakil Ketua Gasebo Toleransi Cosmas Eko Suharyanto yang kami temui di tempat berbeda juga menjelaskan panjang lebar tentang kegiatan yang sudah dikerjakan bersama-sama di bawah bendera Gasebo Toleransi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu punya satu muara yang sama yaitu demi keberlangsungan negara Indonesia. Kegiatan yang sudah dilakukan itu juga mendapatkan porsi yang di pemberitaan di media secara masih. Tujuannya agar keberagaman bisa masuk ke ruang-ruang publik.


Dosen di salah satu universitas ternama di Batam itu mengungkapkan anak-anak muda perlu sejak dini dikenalkan dengan moderasi beragama. Perlu diberi pemahaman bahwa siap untuk menerima perbedaan tanpa celaan.


"Paling menarik dari Gasebo Toleransi ini menurut saya ni adalah setiap jabatan ketua secara otomatis akan dijabat secara bergilir tiap tahun. Bahkan dulu Haul Gus Dur yang dihelat di Gereja Katolik Paroki Maria Bunda Pembantu Abadi- Sagulung itu ketua panitianya dari Katolik namun kepanitiaan semua unsur agama masuk. Bayangkan di acara Haul Gus Dur itu Mbak Allisa Wahid (Puteri Gus Dur) mengapresiasi apa yang dilakukan teman-teman Gasebo Toleransi. Sayang waktu itu beliau nggak bisa hadir karena waktu itu masih pandemi. Namun semangat beliau ke kami (Gasebo Toleransi) menjadi pelecut untuk kami terus berbuat demi umat," terang Sekretaris Pemuda Katolik Kepri ini.
 

Salah Satu Kegiatan Gasebo Toleransi di Kota Batam.(Foto:NUOK/ist)

Ia juga menjelaskan dalam haul Gus Dur itu semua tokoh agama terkemuka di Kepri hadir. Ini menandakan toleransi di Batam bisa terjalin dengan baik. Bahkan yang cukup menarik, beberapa siswi dari Sekolah Yos Sudarso Batam menyanyikan lagu Yalalwathon.


"Saat anak-anak menyanyikan Yalalwathon itu, saya ikut merinding. Dan saya optimis kita bisa terus bergandengan tangan untuk membawa bangsa ini lebih maju meskipun dengan perbedaan. Teman-teman semua melihat perbedaan sebagai hal lumrah dan tak pernah dipermasalahkan," pungkasnya


Daerah Terbaru