• logo nu online
Home Warta Nasional Daerah Melayu Keislaman Opini Pendidikan Sosok Khutbah Pemerintah Parlemen Pustaka Video Mitra
Kamis, 2 Mei 2024

Daerah

Praktik Baik Moderasi Beragama

Begini Cara SMA Katolik Yos Sudarso Batam, Rawat Kebhinekaan

Begini Cara SMA  Katolik Yos Sudarso Batam, Rawat Kebhinekaan
SMA Katolik Yos Sudarso Batam Rawat Kebhinekaan.(Foto:NUOK/ist)
SMA Katolik Yos Sudarso Batam Rawat Kebhinekaan.(Foto:NUOK/ist)

Batam, NU Online Kepri

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal punya peran sangat besar dalam mencerdaskan anak bangsa. Di sekolah kemudian semua aspek kehidupan dipelajari dan diajarkan dengan sangat baik. Mulai dari melatih kemampuan berfikir sampai pada menata etika dan sopan santun.


Disadari atau tidak di sekolah kemudian karakter dan pola pikir dibentuk. Banyak orang kemudian berubah pola pikirnya setelah berlama-lama di bangku sekolah. Pendeknya, sekolah menjadi tempat menimba ilmu juga memperbaiki pola pikir.


Apa juga kemudian di sekolah diajarkan tentang bagaimana menyikapi suatu perbedaan? Apa kemudian di sekolah diajarkan bagaimana melihat kebhinekaan dan kemajuan?


Pertanyaan itu sebenarnya mudah dijawab? Namun pada prakteknya di lapangan beberapa sekolah memang masih tidak sampai menyentuh hal-hal seperti pertanyaan di atas. Khusus di sekolah-sekolah yang berbasis agama atau sekolah swasta. Beberapa sekolah swasta memang hanya menerima siswa dari agama tertentu. Jika bukan berasal dari agama yang sama, biasanya akan tertolak.


Namun, juga di beberapa sekolah sudah ada yang moderat. Juga menerima siswa berbagai agama meski itu sekolah yang dikelola oleh agama tertentu. Salah satu alasannya, sebab sekolah merupakan tempat mencari ilmu bukan tempat untuk menyeleksi siswa. Siapapun Siswa yang datang selama masih memenuhi syarat akan diterima.


Hal itu juga yang diterapkan di sekolah SMA Katolik Yos Sudarso, Batam. Meskipun sekolah elit itu banyak siswanya dari salah satu agama, namun pihak sekolah terbuka lebar menerima siswa dari agama yang diakui di Indonesia. Menurut Kepala SMK Yos Sudarso Batam Ibu Sumiyati yang ditemui NU Online Kepri di Sekolah Yos Sudarso Batam, mengatakan, tugas sekolah itu bukan hanya mencetak generasi bangsa, namun juga bagaimana mengajarkan hidup berdampingan dengan sikap toleransi aktif. Sebagai Yayasan Katolik, SMA Katolik Yos Sudarso harus mampu menunjukkan keterbukaannya.


"Upaya bersama menyeluruh mempersiapkan generasi penerus bangsa sesuai tantangannya saat ini. Dan yang akan datang. Tanpa sedikitpun menggeser prinsip-prinsip pendidikan Katolik. Saya kira ini tangannya, tantangan bagi lembaga pendidikan. Bukan lagi hanya bicara kualitas namun bagaimana prinsip keberagaman bisa diajarkan," katanya, Sabtu (23/12/2023).


Bu Sum sapaan akrabnya membeberkan beberapa kegiatan nyata telah dilakukan dan akan terus dilakukan untuk menciptakan keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan, baru-baru ini mengundang lima tokoh agama untuk berbicara keberagaman kepada siswa. Sebelumnya juga telah dilakukan dialog kebangsaan dengan menghadirkan sejumlah narasumber lintas agama.


Diharapkan dengan dialog-dialog itu, siswa kemudian bisa mengerti sekaligus memahami betapa indahnya perbedaan itu. Betapa dalam kehidupan ini sesuatu yang berbeda itu tidak mesti harus disampaikan. Ia bertekad akan menjadikan Yos Sudarso sebagai sekolah pembeda. "Maksudnya di sini pembeda dalam artian beda dalam cara mendidik dan memahamkan atas perbedaan," ujarnya.


Salah satu memori yang juga menjadi kenangan tersendiri Bu Sum adalah keterlibatan Seokalah SMA Katolik Yos Sudarso dalam gelaran Haul Gus Dur yang dihelat di salah satu gereja di Sagulung. Siswi-siswi Sekolah Yos Sudarso berkolaborasi dengan salah satu grup hadroh menyanyikan lagu Yalalwathon. Yang tentu saja menurut Bu Sum ada kenangan tersendiri, sebab siswi yang membawakan lagu Yalalwathon itu sama sekali tidak mengerti bahasa arab. Hanya saja memang seding didengarkan.


"Awalnya itu, teman-teman Ansor dan Pemuda Katholik silaturahmi ke sekolah. Kemudian mereka menawarkan, coba dong kolaborasi dengan Islam untuk acara Haul Gus Dur. Saya pun menyanggupi, setelah itu anak-anak saya kumpulkan. Saya beri penjelasan singkat. Dan, saya bilang buktikan bahwa sekolah kita memang toleran terhadap agama apapun," jelasnya.

Dokumentasi SMA Katolik Yos Sudarso, Menyanyikan Lagu Yalalwathon Di Acara Haul Gusdur.(Foto:NUOK/ist)


Siswi yang ditunjuk kemudian berlatih dengan sangat keras dan tekun. Hambatan yang menjadi penghalang utama sebenarnya Yalalwathon ada versi arabnya. Di situ siswi akan sedikit kerepotan. Salah satu siswi yang dihubungi, mengatakan, sejak pertama kali didengarkan lagu Yalalwathon membakar semangat. Menunjukkan jati diri Indonesia. Ia kemudian berusaha menghafal dengan baik. Sambil sesekali mencerna maknanya yang dalam itu.


Setelah siswi itu menghafal dengan sangat baik tantangan kemudian bagaimana menyatukan dengan hadroh. Dari situ kemudian tim hadroh dan paduan suara siswi SMA Katolik Yos Sudarso sering latihan bareng. Dari latihan bareng ini kemudian terjadi saling transfer informasi. Saling bercerita tentang agama masing-masing. Juga terjalin chemistry diantara mereka.


Bu Sum bahkan ikut terharu manakala melihat perbedaan bisa disatukan hanya dengan lagu. Menurutnya, inilah Indonesia sebenarnya. Berdiri karena perbedaan.


Ia bilang, dalam puncak peringatan Haul Gus Dur, dirinya sempat ragu. Bahkan hingga tak mau datang ke lokasi acara, takut kemudian mengecewakan. Namun demi anak didiknya ia rela ke sana. Ia juga kaget ternyata di acara Haul Gus Dur dibanjiri tamu undangan dari berbagai agama. Ini menandakan Gus Dur begitu dicintai oleh masyarakat Indonesia.

Dokumentasi SMA  Katolik Yos Sudarso, Menyanyikan Lagu Yalalwathon Di Acara Haul Gusdur.(Foto:NUOK/ist)


Saat pertujukan paduan suara kolaborasi dengan hadroh. Dirinya terharu dan sempat ikut bertepuk tangan. Perjuangan dan latihan selama ini terbayarkan dengan sangat baik. "Anak-anak setelah itu selalu bilang, kapan lagi dilibatkan dalam kegiatan serupa," ujarnya.


Hal lainnya yang dilakukan oleh SMA Katolik Yos Sudarso adalah dengan melakukan nonton dan bedah film Cahaya Dari Timur. Nonton bareng itu bekerja sama dengan Ansor dan Pemuda Katolik Batam. Film yang bercerita tentang perbedaan agama ini menjadi relevan untuk menumbuhkan sikap saling menghargai. Kemenangan bisa diraih tanpa melihat apapun latar belakang seseorang. Begitu pesan film itu.


"Banyak memang yang sudah kami kerjakan. Dengan satu tujuan agar keberagaman bisa terus tumbuh. Sejak dini kami mengenalkan kepada siswa untuk melihat perbedaan itu sebagai sesuatu yang biasa saja. Anak-anak perlu diajarkan itu. Perlu diajak untuk selalu bertoleransi," pungkasnya


Daerah Terbaru