• logo nu online
Home Warta Nasional Daerah Melayu Keislaman Opini Pendidikan Sosok Khutbah Pemerintah Parlemen Pustaka Video Mitra
Minggu, 28 April 2024

Daerah

Praktik Baik Moderasi Beragama

Melihat Kota Tua Penagi Natuna, Kampung Moderasi Beragama di Kepri

Melihat Kota Tua Penagi Natuna, Kampung Moderasi Beragama di Kepri
Kota Tua Penagi Natuna, Kampung Moderasi Beragama di Kepri(Foto:NUOK/ist)
Kota Tua Penagi Natuna, Kampung Moderasi Beragama di Kepri(Foto:NUOK/ist)

Natuna, NU Online Kepri

Apa yang terlintas di pikiran jika terdengar Natuna. Pasti soal konflik lautnya yang tak berkesudahan. Ya, Natuna merupakan salah pulau terluar di Indonesia. Pulau ini juga dikenal dengan keindahan alamnya yang mengagungkan. Selain itu ada juga yang istimewa di Natuna. Apa itu


Baru-baru ini, Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Agama Republik Indonesia telah meresmikan salah satu kota d Natuna sebagai Kampung Moderasi Beragama di Kepri. Yakni Kampung Tua Penangi. Kampung Tua Penangi terletak di Kelurahan Batu Hitam, Kecamatan Bunguran Timur, Natuna. Kampung tua ini dulu dikenal sebagai pusat perdagangan yang cukup diperhitungkan.

Gerbang masuk Kota Tua Penagi di Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.(Foto:NUOK/ist)


Peresmian Kampung Moderasi Beragama dilakukan oleh Wibowo Prasetyo (Staf Khusus Menteri Agama) pada September lalu dan disaksikan sejumlah pejabat teras Natuna dan Kanwil Kementrian Agama Republik Indonesia.


Pemilihan Kota Tua Penagi Sebagai Kampung Moderasi bukan tanpa alasan, sebab di wilayah itu memang dikenal dengan toleransinya sudah mengakar. Kota Tua Penangi dihuni sekitar seratusan kepala keluarga. Mayoritas dari etnis Melayu da Tionghoa. Menariknya lagi, di wilayah ini terdapat dua rumah ibadah yang berdirilah berdampingan yakni Masjid Al Mukaramah dan Klenteng Pu Tek Chi. Kehadiran dua a rumah ibadah  melambangkan Keharmonisan dan penerimaan akan perbedaan. Masyarakat di sana tampak rukun dan hidup berdampingan.


Ketika NU Online Kepri berkunjung ke sana melihat langsung bagaimana kehidupan sehari-hari di sana. Kami sejenak tertegun seraya memandangi dua rumah ibadah yang bisa berdiri berdampingan. Bagaimana tempat yang jauh dari pusat pemberitaan dan hingar-bingar kehidupan bisa hidup rukun dan berdampingan. Bisa kemudian terus memelihara kebhinekaan. Apa yang sudah diajarkan oleh para leluhur sehingga keberagaman bisa tumbuh da berkembang di sini.


Salah satu warga yang kami temui namun menolak namanya disebutkan mengatakan, sejak dahulu memang dua etnis utama di Kota Tua Penagi sudah hidup berdampingan. Sudah rukun. Bahkan ia dengan semangat mengatakan, saat akan datang perayaan Imlek ia dan beberapa rekannya ikut membantu memasang lampion di Klenteng Pu Tek Chi. Saat ditanya alasan melatarbelakangi keikutsertaannya membantu lampion, ia mengatakan dengan tegas, "Kami hanya ingin melihat saudara kami merayakan dengan suka cita!" tegasnya.


Ia juga menjelaskan, pun begitu ketika peyaan Idul Fitri, masyarakat Tionghoa di sana ikut menyambangi ke rumah-rumah warga. Bersilaturahmi sembari mengucapkan selamat berlebaran. Menurutnya, inilah kemudian yang menjadi kunci kerukunan di Kota Tua Penagi bisa terus dipelihara. Masyarakat di sana sejak dini sudah diajarkan untuk bisa saling tenggang rasa. "Bahkan kami kalau gotong-royong saling berbaur, makan bersama. Ibu-ibu juga kompak membawakan hidangan.


Salah satu pemuda keturunan Tionghoa yang kami jumpai bercerita, ia kagum dengan umat Islam khususnya di Kampung Tua Penagi. Menurutnya, Islam sangat mudah menerima perbedaan. Ia merasa senang bisa hidup rukun berdampingan dengan Islam. Dirinya juga mengaku tak pernah ada konflik agama dengan Islam. Menurutnya ini menjadi model bagi daerah lain bagaimana kerukunan bisa dipelihara tanpa harus memaksakan kehendak. Pemuda yang lahir di Kota Tua Penagi ini juga sudah beberapa kali masuk ke dalam Masjid Al Mukarramah. "Mesjidnya sejuk dan adem," ujarnya sambil tersenyum senang.

Warga mengendarai sepeda motor dengan latar belakang Masjid Al Mukarramah berdampingan dengan Kelenteng Pu Tek Chi.(Foto:NUOK/ist)


Pemuda ini juga bercerita, pernah dalam satu kesempatan ronda malam bareng dengan warga kebetulan beragama Islam. Ia iseng mencandai kalau ingin menikahi wanita muslim di kampung itu. Kontan saja pemuda yang diajak mengobrol itu kaget setelah terkejut. Lalu kemudian direspon, bahwa tidak apa-apa menikahi yang muslim asal harus login terlebih.


"Saya bercanda dianggap serius," ujarnya sambil terkekeh. "Kami sering bercanda-canda soal agama. Tanpa ada ketersinggungan karena ya memang kami sama-sama mengerti tak ada paksaan dalam beribadah. Apalagi kalau tersinggung kalau dibecandakan. Biasa saja," ujarnya.


Ia punya harapan kedepannya, Kampung Tua Penagi bisa lebih diperhatikan pemerintah. Setidaknya bisa kembali menjadi kota Perdagangan utama di Natuna. Persis seperti awal tahun 2000-an. Ia mengingat dengan jelas saat Ramadan dan jelang Idul Fitri serta saat tahun baru Imlek, masyarakat berbondong-bondong datang ke Penagi untuk berbelanja kebutuhan pokok. "Kota tua Penagi sebenarnya punya historis cukup kuat. Semoga kedepannya ada perbaikan sehingga di sini bisa kembali ramai lagi," harapnya.

Masjid Al Mukarramah berdampingan dengan Kelenteng Pu Tek Chi di Kota Tua Penagi.(Foto:NUOK/ist)


Kampung Moderasi Beragama

Pemerintah telah menetapkan sebanyak 1000 Kampung Moderasi Beragama (KMB) yang tersebar di 34 Provinsi di Indonesia. Peluncuran program ini bersamaan dengan gelararan Gebyar Muharam yang bertajuk "Merawat Kerukunan, memperkokoh Semangat Kebangsaan.


Menurut Kepala Kantor Kementerian (Kakanwil) Kemenag Kepri, KH Mahbub Daryanto, Kampung Moderasi Beragama merupakan program prioritas Kementerian Agama Republik Indonesia. Program ini bertujuan ini menyatukan perbedaan dalam hal agama atau kepercayaan serta menumbuhkan sikap saling toleransi dan saling menghargai. Kampung Moderasi Beragama merupakan inisiatif luar biasa untuk mempromosikan harmonisasi dan keberagaman.


Menurut Mahbub, Moderasi Beragama bukan berarti agamanya yang dimoderenkan. Bukan pula ada tambahan agama baru. Tapi moderasi beragama artinya menghidupkan kembali nilai luhur yang ada di wilayah itu sesuai kearifan lokal.


"Apa yang ada di wilayah itu, muatan lokal di tempat itu dihidupkan kembali sesuai kearifan lokal," ujarnya.


Mahbub juga menjelaskan, Kepri saat ini menjadi salah satu daerah di Indonesia yang indeks kerukunan beragamanya teratas. Upaya kerja telah dilaksanakan untuk menjadikan Kepri sebagai provinsi toleransi. Pelibatan Forum Kerukunan Beragama (FKB) di semua tingkatan juga salah satu kunci. Selain itu menetapkan beberapa daerah sebagai Kampung Moderasi Beragama. Ini dilakukan sebagai projek percontohan bagaimana suatu daerah bisa hidup rukun.


"Kalau bicara prestasi, Kepri termasuk yang mendapatkan apresiasi. Sebab berada di tiga besar provinsi toleransi. Kerja keras kami membuahkan hasil. Kami punya harapan toleransi di Kepri yang sudah mengakar bisa terus dipelihara. Semoga konflik atas nama agama tidak terjadi di provinsi ini," pungkasnya.


Daerah Terbaru