M Arfah
Penulis
Batam, NU Online Kepri
Saya benci dengan Paus Fransiskus. Saking bencinya, kalau (seandainya) ketemu dengan pemimpin tertinggi Umat Katholik ini, saya akan penggal kepalanya. Saking bencinya, segala hal berbau Khatolik dan Roma selalu saya nyinyiri.
Tapi, itu dulu. Ketika saya masih radikal. Segala hal soal perbedaan dan keyakinan saya akan maju dan menentangnya. Saya dulu menjadi musuh utama umat Khatolik. Di mata saya umat Khatolik tak pernah ada benarnya. Hadirnya di Bumi hanya membawa bencana.
Belakangan sikap saya memudar. Bahkan berbalik 180 derajat. Yang dulunya benci jadi kagum. Yang dulunya ingin memengal kepala sang Paus sekarang malah ingin mengajaknya dialog.
Paus Fransiskus bertemu dengan Grand Syeikh Al-Azhar Professor Ahmed Al-Tayeb. Pertemuan dua tokoh agama tersebut berlangsung selama 30 menit di Vatikan. Disambutnya tokoh Islam di Vatikan membuat saya kagum dan rispek. Perlahan rasa benci itu memudar. Apalagi kemudian belakangan saya ketahui dalam pidatonya di Universitas Al-Azhar, Mesir, Paus ke-266 menyapa orang Mesir dengan "Assalamualaikum" saat memulai pidato.
Dari dua peristiwa besar itu, saya kemudian semakin intens mencari tahu lebih dalam sosok pengganti Paus Benedictus XVI ini. Saya penasaran atas sikapnya terutama soal sikap toleransinya. Soal penghargaannya pada Umat Muslim. Beberapa buku-buku mengenai Paus pertama asal Ordo Jesuit ini saya lahap.
Sederhana dan Dekat dengan Kaum Papa
Kejutan. Ya, kejutan. Saat apa putih keluar dari cerobong Kapela Sistine. Asap itu menggumpal, lalu tertiup angin. Perlahan-lahan menyebar.Dan menembus langit. Itu artinya Konklaf telah memilih Paus yang baru. Di lapangan Basilika Santo Petrus luapan emosi diungkapkan. Ada yang menangis. Dari balkon muncul Jorge Bario Bergoglio. Yang telah terpilih dalam lima kali putaran dan memilih nama Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus juga dikenal akan kesederhanaannya. Saat terpilih jadi Paus di Kapel Sistina, Paus Fransiskus ogah duduk tahta Paus. Ia memilih duduk sejajar dengan para kardinal. Ia pun berbusana kepausan biasa. Padahal, lazimnya kepausan mantel merah. Salib yang ia kenakan pun tergolong salib lama yang sudah dipakai belasan tahun saat menjadi uskup.
Selama memimpin Argentina, Paus Fransiskus dikenal dengan kaum papa. Ia memilih tinggal sendiri di apartemennya. Bahkan ketika di Vatikan ia menolak tinggal di istana tapi lebih memilih tinggal di wisma Vatikan.
Dalam sebuah kisah, apalagi Paus meninggalkan apartemen untuk berkunjung ke perkampungan kumuh, sering kali ia naik kendaraan umum. Ikut berdesakan dengan penumpang lainnya. Bau keringat dan bau tak sedap dari penumpang kendaraan umum adalah realitas yang dirasakan oleh Bergoglio.
Paus Fransiskus yang merupakan putra dari imigran kelas pekerja itu memang dikenal sederhana dan bersahaja.
Berkunjung ke Indonesia
Paus Fransiskus dijadwalkan akan berkunjung ke Indonesia 3—6 September 2024. Banyak kalangan menilai lawatan Paus Fransiskus ke Indonesia menandakan toleransi dan keberagaman berjalan baik di Republik ini. Indonesia dipandang mampu memberikan ruang bagi berkembangnya berbagai agama dan budaya.
Dalam konteks global, toleransi menjadi isu yang sangat sensitif. Namun Indonesia dinilai mampu berjalan diatas keberagaman agama dan budaya. Salah satu bukti kongkritnya Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal letaknya berdampingan. Dan sangat minim sekali gesekan. Bahkan Paus Fransiskus pun dijadwalkan akan mengunjungi masjid terbesar di Indonesia itu. Dan melakukan dialog antar umat beragama di sana.
PBNU pun menilai kunjungan Paus ke-266 itu menandakan toleransi dan moderasi beragama tumbuh dengan baik.
Memaknai Lukisan "Paus Fransiskus Mencuci Kaki Rakyat Indonesia"
Sebuah lukisan karya Denny Ja (Ketua Umum Esoterika) yang menggambarkan Paus Fransiskus mencuci kaki Rakyat Indonesia menjadi perbincangan hangat. Sebuah karya yang spektakuler. Banyak yang kemudian mencoba menggali pesan yang ingin disampaikan sang pelukis.
Dalam satu kesempatan, Denny Ja bilang, “Paus Fransiskus mencuci kaki rakyat Indonesia, ini lukisan yang menjadi simbol sangat kuat. Pesannya sangat mendalam tentang pemimpin yang melayani dan memperhatikan orang-orang yang terpinggirkan,” ujarnya.
Basuh kaki bisa dimaknai sebagai persamaan. Bahwa semua orang sama dan setara. Sebagai pemimpin (Paus Fransiskus) harus rela berendah hati agar dapat melakukan pekerjaan sebagai pelayan. Dan itu sudah ditunjukkan oleh Paus Fransiskus jauh sebelumnya. Pada 2018 saat berada di Penjara Regina Coeli di situ ritual membasuh kaki dilaksanakan meneruskan tradisi Paus Yohanes XXIII.
Pada Maret 2024, Paus Fransiskus ketika berada di penjara Rebbina, Roma, sang Paus membasuh kaki narapidana sebelum Perjamuan Kamis Putih.
Pesan yang ingin disampaikan pelukis adalah adanya nanti pemimpin yang bergerak dengan hati. Yang tentu saja bersifat melayani. Tanpa mau pandang bulu apapun agamanya, Hal itu sangat sejalan dengan kunjungan Paus Fransiskus
Terpopuler
1
Resmikan Sekretariat Ranting NU Tanjung Uncang, KH Sumiadi: Tempat Strategis Untuk Konsolidasi Organisasi
2
Banser Tanjungpinang Gelar Diskusi Kebanseran, Tekankan Khidmat kepada NU dan Ansor
3
Relawan Ansor Banser Tanjungpinang Lakukan Fogging dan Sosialisasi Pencegahan DBD
4
Wali Kota Batam Sambangi Kantor PCNU Batam Sosialisasikan RPJMD Batam
5
Rutinan PC Rijalul Ansor Tanjungpinang Dihadiri Pimpinan Wilayah Kepri
6
Gotong Royong Ciptakan Truk Unik PERSPPAC di Pawai Takbir Keliling Tanjungpinang
Terkini
Lihat Semua