• logo nu online
Home Warta Nasional Daerah Melayu Keislaman Opini Pendidikan Sosok Khutbah Pemerintah Parlemen Pustaka Video Mitra
Jumat, 19 April 2024

Opini

Opini

Hikmah Allah Merahasiakan Waktu Lailatul Qadar

Hikmah Allah Merahasiakan Waktu Lailatul Qadar
ilutrasi
ilutrasi

Malam Lailatul Qadar merupakan salah satu hal yang paling didambahkan dan diburu oleh setiap muslim ketika bulan Ramadhan tiba, dengan meningkatkan amal ibadah di malam-malam yang diduga kuat sebagai malam Lailatul Qadar.

Sebab, menurut mayorita ulama, beramal pada malam Lailatul Qadar lebih baik daripada beramal 1.000 tahun yang tidak ada malam Lailatul Qadarnya. Bahkan dalam sebuah hadis disebutkan, Rasulullah saw. bersabda:


مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan (penuh) keimanan dan pengharapan (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni,” (HR. Bukhari)

Hanya saja, Allah swt. dan Rasulullah saw. tidak memberikan keterangan kapan pastinya Lailatul Qadar terjadi. Oleh karena itu, para ulama pun berijtihad mecari kapan pastinya terjadi Lailatul Qadar, menurut Imam Al-Syaukani ada sekitar 40 pendapat terkait hal ini. Hanya saja.

menurut mayoritas ulama berpendapat bahwa Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Namun, permasalahan tidak berhenti sampai disini, mereka pun berbeda pendapat Pada malam keberapa dari sepuluh hari terakhir ini. Menurut Ima Al-Syafi’i, malam ke dua puluh satu, sebrdasarkan hadis:


عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ مِنْ رَمَضَانَ فَاعْتَكَفَ عَامًا حَتَّى إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ وَهِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي يَخْرُجُ فِيهَا مِنْ اعْتِكَافِهِ قَالَ مَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَعْتَكِفْ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ وَقَدْ رَأَيْتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا وَقْدَ رَأَيْتُنِي أَسْجُدُ مِنْ صَبِيحَتِهَا فِي مَاءٍ وَطِينٍ فَالْتَمِسُوهَا فِي كُلِّ وِتْرٍ قَالَ أَبُو سَعِيدٍ فَمَطَرَتْ السَّمَاءُ مِنْ تِلْكَ اللَّيْلَةِ وَكَانَ الْمَسْجِدُ عَلَى عَرِيشٍ فَوَكَفَ الْمَسْجِدُ فَقَالَ أَبُو سَعِيدٍ فَأَبْصَرَتْ عَيْنَايَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى جَبْهَتِهِ وَأَنْفِهِ أَثَرُ الْمَاءِ وَالطِّينِ مِنْ صَبِيحَةِ إِحْدَى وَعِشْرِينَ

“Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri, dia berkata; ‘Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memulai beri'tikaf pada sepuluh kedua pada bulan Ramadan. Beliau beri'tikaf pada tahun itu, hingga ketika tiba malam kedua puluh satu, yaitu hari ketika beliau keluar dari I'tikafnya, beliau bersabda:

'Barangsiapa ingin melaksanakan I'tikaf bersamaku, hendaklah dia mengerjakannya pada sepuluh hari yang terakhir ini. Aku telah melihat dalam mimpiku, namun aku lupa. Aku mimpi pada waktu paginya aku bersujud pada air dan tanah. Carilah lailatul qadar pada malam yang ganjil’.”

Abu Sa'id berkata; “Pada malam itu terjadi hujan, dan saat itu masjidnya laksana bangsal untuk berteduh dan bocor,”

Abu Sa'id menambahkan; “Dengan kedua mataku, aku melihat Rasulullah saw. pergi, sementara pada dahi dan hidungnya ada bekas tanah dan air. Itu terjadi pada pagi hari malam ke dua puluh satu.”
Ada yang berpendapat pada malam ke-23 Ramadhan, berdasarkan hadis:


عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رِجَالًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ

“Diriwayatkan dari [Ibnu Umar], bahwa ada seseorang sahabat Rasulullah saw. bermimpi mendapati Lailatul Qadar pada tujuh hari yang terakhir. Rasulullah saw.

lalu bersabda: ‘Aku melihat bahwa mimpi kalian terletak pada tujuh hari terakhir. Barangsiapa ingin mendapatkannya, hendaklah mencarinya pada tujuh hari yang terakhir’.

”Ada yang berpendapat pada malam ke-25 Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi saw:


التمِسوها في العشرِ الأواخرِ في تاسِعةٍ تَبقى، في سابِعةٍ تَبقى، في خامِسةٍ تَبقى

“Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir pada malam yang ke sembilan tersisa, malam yang ke tujuh tersisa, malam yang ke lima tersisa.” [33. HR al-Muslim].

Menurut Imam Ali, Aisyah, Mu’awiyah dan Ubay bin Ka’b, Lailatul Qadar terjadi pada malam ke-27 Ramadhan, sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيًا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَلَيَتَحَرَّهَا لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ

“Barang siapa yang mencari malam Lailatul Qadar, maka carilah pada malam ke dua puluh tujuh,” (HR. AHmad).


Ada yang berpendapat pada malam ke-29 Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi saw:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ التَّاسِعَةُ وَالْعِشْرُوْنَ أَوِ السَّابِعَةُ وَالْعِشْرُوْنَ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ بِعَدَدِ الْحَصَى


“Lailatul Qadar adalah (pada malam) dua puluh sembilan atau dua puluh tujuh. Sesungguhnya malaikat pada malam tersebut sejumlah bilangan kerikil,” (HR. Ahmad).

Perbedaan pendapat ini bisa kita kompromikan dengan pendapat Ibn Mas’ud yang menyatakan bahwa jika Lailatul Qadar terjadi pada suatu hari pada tahun ini, maka Lailatul Qadar terjadi pada hari yang lain pada tahun berikutnya.

Terlepas dari perbedaan pendapat ini, lantas apa hikmah malam Lailatul Qadar Allah swt. rahasiakan dari Umat Islam. Menurut Imam Fakhruddin Al-Razi, ada 4 hikmah waktu terjadinya Lailatul Qadar dirahasiakan oleh Allah swt.:

Pertama, Setiap hal yang Allah swt. sembunyikan dari manusia pasti memiliki tujuan:
• Allah swt. merahasiakan keridhaan-Nya terhadap suatu ketaaan yang dilakukan oleh hamba-Nya, agar hamba-Nya agar hambanya senang melakukan setiap ketaatan.
• Allah swt. merahasiakan kemarahan-Nya terhadap suatu maksiat, agar hambanya menjauhi semua bentuk kemaksiatan.
• Allah swt. merahasiakan mana doa dari seorang hamba yang dikabulkan, agar ia senantiasa bersungguh-sungguh di setiap doanya.
• Allah merahasiakan wali-Nya diantara manusia, agar kita senantiasa memuliakan semua manusia.
• Allah swt. merahasiakan taubat mana yang diterima dari seorang hamba, agar ia senantiasa melakukan semua bentuk taubat.
• Allah swt. merahasiakan waktu kematian kita, agar kita senantiasa takut pada kematian sehingga kita akan berusaha melakukan amal saleh.
• Allah swt. merahsiakan malam Lailatul Qadar agar kita memuliakan semua malam pada bulan Rahmadan, dengan beribadah dan beramal baik.

Kedua, hikmah Allah merahasiakan malam Lailatul Qadar karena Allah Ta’ala tahu bahwa manusia sering melakukan maksiat.

Seandainya Allah memberi tahu malam Lailarul Qadar kepada manusia, lantas manusia melakukan maksiat pada malam Lailatul Qadar padahal ia tahu bahwa itu malam Lailatul Qadar, maka dosanya lebih besar dari pada ia melakukan maksiat pada malam lailatul Qadar karena ia tidak tahu bahwa malam tersebut adalah malam lailatul Qadar.

Dalam sebuah riwayat disebutkan: Pernah Nabi saw. masuk ke dalam masjid, lalu beliau melihat seseorang sedang tidur.

Nabi saw. kemudian berkata kepada Ali: “Wahai Ali, Bangunkanlah ia agar ia berwudhu.”
Ali membangunkan orang itu, lalu Ali berkata kepada Rasulullah saw.: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau adalah orang yang paling bersegera melakukan kebaikan, lantas kenapa gerangan engkau tidak membangunkannya?”

Nabi saw. menjawab: “Seandainya orang itu menolak dibangunkan olehmu, ia tidak menjadi kufur. Oleh karena itu, aku menyuruhmu membangunkannya agar dosanya menjadi lebih ringan seandainya ia menolak engkau bangunkan.”

Ini merupakan kasih sayang Rasulullah saw. kepada umatnya, lantas bagaimana kasih sayang Allah kepada hamba-Nya? kasih sayang Allah kepada hamba-Nya adalah dengan merahasiakan malam Lailatul Qadar agar orang orang yang melakukan maksiat pada malam lailatul Qadar karena ketidak tahuannya bahwa itu malam Lailatul Qadar bisa lebih ringan dosanya dibanding ia melakukan maksiat pada malam Lailatul Qadar sedangkan ia mengetahui bahwa itu malam Lailatul Qadar.

Ketiga, Allah merahasiakan malam Lailatul Qadar agar umat Islam bersungguh-sungguh mencari malam Lailatul Qadar dengan amal saleh, sehingga ia pun mendapatkan pahala atas kesungguhannya itu.

Seandanya ia tidak mendapatkan malam Lailatul Qadar, ia tetap mendapatkan pahala atas kesungguhannya itu.

Keempat, hikmah terakhir adalah agar semua umat muslim dalam keadaan taat setiap hari pada bulan Ramadhan dengan harapan agar ia mendapatkan malam Lailatul Qadar.

Atas kesungguhannya inilah, Allah swt. membanggakan mereka di hadapan Malaikat seraya berfirman kepada Malaikat: “Kalian dulu berkata bawa manusia akan melakukan kerusakan di bumi dan menumpahkan darah. Inilah kesungguhan mereka dalam mencari malam Lailatul Qadar yang masih perkiraan.

Bagaimana jadinya jika seandainya Aku menjadikan malam Lailatul Qadar dikeatui oleh mereka?” menurut Al-Razi inilah rahasia firman Allah:

إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ


“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui,” (QS. Al-Baqarah [2]: 30).

Refrensi: Kitab Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an karya Al-Qurthubi dan kitab “Mafatih Al-Gaib” karya Al-Fakhruddin Al-Razi.Wallahu A’lam.

Oleh : Ustadz Ahmad Fauzi, S.SI.(Komunitas NgopiReligi Bintan)


Editor:

Opini Terbaru