• logo nu online
Home Warta Nasional Daerah Melayu Keislaman Opini Pendidikan Sosok Khutbah Pemerintah Parlemen Pustaka Video Mitra
Rabu, 15 Januari 2025

Opini

Bangkitkan UMKM dengan Teknologi

Bangkitkan UMKM dengan Teknologi
Bangkitkan UMKM dengan Teknologi.(Foto:NUOK/Ist)
Bangkitkan UMKM dengan Teknologi.(Foto:NUOK/Ist)

Matahari memang belum menampakkan sinarnya dengan sempurna, namun, Syukur (49) sudah bersiap dengan kendaraannya. 10 bungkus bubur tergantung di sepeda motornya. Pagi buta ini, ia akan ke wilayah Sengkuang dan Melcem. Menyusuri dua wilayah ini untuk mengantarkan pesanan bubur pelanggan.


Pagi ini jalanan masih agak sepi. Berbelok ke arah Melcem, suasana lenggang masih cukup terasa. Beberapa toko masih sibuk menggeluarkan barang dagangnya. Syukur berbelok ke arah perumahan tak jauh dari penjual bensin eceran. Pelanggan pertama yang dituju adalah Tuti. Seorang pekerja di PT. Ia sudah menjadi langganan tetap Syukur. Meski hanya sesekali memesan bubur ayam.


"Berapa, Mas," ucap Tuti sesaat setelah menerima bungkusan plastik berisi bubur.


"Biasa, 10 aja," ucap Syukur.


"Tanpa ongkir ya Pak Dhe," sambung Tuti sambil tersenyum.

*


Setelah semua pesanan pelanggan ia tuntaskan, pria asal Kendal ini kembali ke kiosnya. Sebenarnya bukan kios hanya lapak jualan yang persis di jalan raya. Tak ada tenda penghalang sinar Matahari. Hanya beberapa kursi plastik dan meja kecil. Sementara sepeda motor bermerek Honda ia sulap menjadi kios. Dengan tambahan ban di sampingnya.


Kepada NU Online Kepri, ayah dua anak mengisahkan, sejak dua tahun belakangan ini ia berjualan bubur di Jalan Raya Kerapu ini—Jalan Raya Kerabu merupakan jalan utama menuju pusat-pusat industri dan galangan kapal yang cukup mentereng di Batam. Tak heran sepanjang jalan ini UMKM tumbuh subur. Ia bilang, awalnya ia juga adalah karyawan pabrik. Seperti kebanyakan warga Batam lainya.


Namun setelah mengikuti pelatihan UMKM yang digagas oleh salah satu ormas kepemudaan, keinginannya menjadi pengusaha muncul lagi. Dengan bekal tabungannya selama bekerja di pabrik, ia resign dari perusahaannya. Lalu kemudian coba-coba dagang gorengan tak jauh dari tempat tinggalnya.

Bangkitkan UMKM dengan Teknologi.(Foto:NUOK/Ist)


Tak puas dengan hasil yang segitu-gitu saja, ia lalu banting setir jualan bakso dan mie ayam keliling. Dari pagi hingga malam hari. Terkadang katanya, ia mangkal di dekat Pelabuhan Makobar, Batu Ampar.


Setelah dirasa hasil penjualan bakso dan mie ayam stagnan. Pria yang sudah merantau ke Batam sejak 1997 ini lalu memutuskan untuk berjualan sarapan bubur ayam.


"Awalnya tidak di sini (Jalan Kerapu), saya jualan di emperan rumah. Namun ada kawan nawarin jualan di sini," ungkap dia saat di temui di tempat jualannya, Rabu (24/7/2024).


Menurut, Syukur awal Berjualan di Jalan Kerapu ini langsung ramai. Hal ini disebabkan karena lokasinya yang strategis dan banyak kendaraan lalu lalang. Di tambah lagi sepanjang jalan ini tak ada yang menjual bubur ayam.


"Hari pertama aja langsung rame. Senang lah pokoknya," ujarnya sambil tersenyum.


Seperti bisnis pada umumnya ada kalanya sepi terkadang juga penjualan ramai. Begitu juga yang dialami Syukur. Usaha buburnya kadang ramai, apalagi di awal bulan—orang Batam bilangnya tanggal muda. Terkadang juga nggak sampai separuh yang habis. Untuk itu kemudian ia memutar otak, berfikir dengan keras di bagaimana usahanya ini terus bertahan dan bisa berkembang. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi. Berjualan di Facebook. Sebab memang hari ini hampir semua kalangan memiliki alat canggih berupa handphone.


"Saya coba pasang jualan di Facebook. Saya foto kemudian unggah di Facebook," katanya. Seorang kenalannya kemudian menyarankan untuk lebih aktif mempromosikan bubur ayamnya di Facebook. Bukan itu saja, kawannya itu turut menyarankan untuk masuk ke marketplace dan rutin posting di sana. Selain rutin posting juga saran kawannya itu selalu rajin melakukan interaksi dengan calon-calon pelanggan.


Awal-awal menjajakkan dagangan di Facebook, Syukur sempat minder. Sempat juga trauma. Kalau-kalau postinganya nanti dianggap lebay. Dianggap lebih memilih online ketimbang berjualan secara konvensional. Namun, melihat respon konsumen yang cukup baik, ia pun ketagihan mempromosikan buburnya di marketplace.


"Bahkan saya, di beberapa grup-grup, entah itu ada hubungannya dengan kuliner atau tidak saya beranikan saja promosi bubur. Bahkan pernah di grup burung Kacer pun saya promosi bubur, hahaha," terangnya.


Setelah dirasa penjualan bubur ayam via online meningkat. Ia lalu memboyong istrinya untuk ikut membantu jualan. "Istri yang nungguin di lapak, saya yang bagian antar-antar pesanan," ujar pria yang pernah bercita-cita jadi pemain sepak bola profesional ini.


Untuk harga pengantaran ia patok sama dengan harga saat membeli di lapak. Ia tak menerapkan ongkos kirim. "Hitung-hitung nambah pelanggan," jelasnya.


Ketika ditanya, apakah sudah merasa puas dengan kondisi sekarang. Di mana berjualan bubur ayam secara konvensional dan memanfaatkan teknologi? Syukur tak langsung menjawab. Sesaat ia menyamar kopi yang persis dihadapannya. Meletakkannya dengan pelan. "Ya, gimana ya, kalau dibilang puas, tentu belum lah. Masih banyak yang harus kami perbaiki dan kami sempurnakan," terangnya.


Syukur kemudian menceritakan panjang lebar tentang harapannya dan keinginannya untuk bisa masuk terlalu dalam ke bisnis yang memang memanfaatkan teknologi. Ia punya harapan besar kepada Pemerintah untuk bisa memfasilitasi pelaku usaha seperti dirinya dan pelaku usaha lainnya agar diberi pelatihan dan pendampingan memasarkan produk secara online. Menurutnya, pemasaran yang ia lakukan selama ini masih tidak terlalu efektif karena hanya mengandalkan Facebook saja. Pengetahuan pemasaran produk pun ia peroleh secara otodidak lewat tayangan-tayangan di YouTube. Sesekali di tiktok.


Ia punya harapan, bisa diajari teknik-teknik dalam pengemasan dan pemasaran. Menurutnya, UMKM hari ini lemah di pengemasan dan pemasaran. Ia pun melihat jauh kedepan bahwa pemanfaatan teknologi sangat menunjang aktivitas usaha. Ia punya analisa tersendiri, sebab sekarang saat ini hampir semua orang punya gandet. Semua orang kepingin instan. Sehingga pesan makanan tak mau ribet.


"Kedepannya, saya punya harapan pemerintah memberikan pelatihan-pelatihan bagaimana memasarkan produk dengan memanfaatkan teknologi ini. Jujur, saya masih lemah di bidang itu. Kalau ini bisa diperhatikan, saya yakin banyak UMKM bisa naik kelas dan akan berdaya saing," pungkasnya.

Penulis: M. Arfah


Opini Terbaru