• logo nu online
Home Warta Nasional Daerah Melayu Keislaman Opini Pendidikan Sosok Khutbah Pemerintah Parlemen Pustaka Video Mitra
Minggu, 28 April 2024

Opini

Sigaret Kretek Tangan dan Perannya dalam Penguatan Ekonomi Masyarakat

Sigaret Kretek Tangan dan Perannya dalam Penguatan Ekonomi Masyarakat
Sigaret Kretek Tangan dan Perannya dalam Penguatan Ekonomi Masyarakat.(Foto:NUOk/antara)
Sigaret Kretek Tangan dan Perannya dalam Penguatan Ekonomi Masyarakat.(Foto:NUOk/antara)

Opini, NU Online Kepri

Dianggap merugikan banyak pihak, ratusan petani dan komunitas pertembakauan melakukan aksi penolakan terhadap Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang pelaksanaan Undang-Undang Kesehatan nomor 17 tahun 2023. Aksi itu dinyatakan dengan cap dan tanda tangan bersama (Sumber: Kompas).


Di Tulungagung, Jawa Tengah, ratusan petani tembakau kompak menolak beberapa pasal yang ada dalam RPP Kesehatan nomor 17 tahun 2023. Geramnya petani tembakau dengan aturan tersebut ditandai dengan penandatanganan spanduk penolakan, (sumber: Radar Lampung).


Ketua Umum  Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI), l Ketut Budhyaman Mudhara dalam sebuah diskusi, di Jakarta, menyatakan dengan tegas menolak adanya RPP Kesehatan. Menurutnya, industri hasil tembakau telah memberikan kontribusi terhadap roda ekonomi di tingkat daerah maupun nasional.


Saya setuju, bahwa ekosistem pertembakauan harus tetap dijaga. Sebab, multipilier efek ekosistem pertembakauan ini tidak hanya terkait pada besarnya serapan tenaga kerja namun juga mencangkup perekonomian yang tentunya berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia.


Dari data AMTI, tahun 2022 lalu, cukai hasil tembakau (CHT) sebesar 198 triliun rupiah. Cukai rokok juga berkontribusi menyumbang pendapatan domestik bruto (PDB) sebesar 1,66 %. Bahkan, kalau mau ditarik agak kebelang, pendapatan dari cukai rokok pernah digunakan untuk menambal defisit PBJS kesehatan yang saat itu teng mengalami kesulitan neraca keuangan.


Melihat fakta dan fenomena di atas, memang sudah selayaknya, industri tembakau mendapatkan perhatian. Sebab, industri rokok mampu menghidupi 6,1 juta pekerja langsung maupun tidak langsung. Termasuk 1,8 juta petani cengkeh dan tembakau.


Sigaret Kretek Tangan 


Sebagai sebuah produk yang unik, menciptakan satu batang kretek lebih rumit dari jenis rokok lainnya. Cita rasa kretek dipengaruhi oleh saus yang ditambahkan pada saat produksi. Selain itu komposisi rajangan cengkeh dan tembakau memang harus pas.


Tambahan saus dan cengkeh inilah yang kemudian membedakan kretek dengan jenis rokok lainnya alias rokok putih. Dan, perlu diingat kretek merupakan produk khas asli Indonesia.


Rokok kretek dibedakan menjadi dua varian, Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM). SKT dibuat dengan cara dilinting menggunakan tangan atau alat bantu sederhana. Beberapa merek SKT yang terkenal dipasaran, Dji Sam Soe dan Djarum Coklat. Sedang SKM dibuat dengan mesin dan kebanyakan memiliki kapas di ujungnya. Dinamai kretek karena pada saat proses pembakaran ada bunyi kretek-kretek.


Keberadaan SKT mesti dan harus dilindungi. Sebab, sejak dulu, SKT konsisten mampu menyerap tenaga kerja produktif dan ikut menjaga  stabilitas ekonomi nasional. Keberadaan SKT juga mampu menghasilkan dampak ekonomi lanjutan yaitu efek ganda dari pertumbuhan dan geliat ekonomi di suatu wilayah. Hal ini misalnya bisa dilihat di sekitar pabrik SKT bermunculan para pedagang.


Menurut, I Ketut Budhyaman Mudhara Ketua Umum AMTI, SKT banyak ditemukan mempekerjakan pekerja yang berkebutuhan khusus. Kebijakan ini sangat jarang dijumpai di industri padat karya lainnya. Bahkan menurutnya, 90% produksi rokok yang beredar saat ini ditopang oleh SKT.


Dilansir dari Bisnis.com, sebuah penilaian yang dilakukan oleh Indef, jika SKT mengalami penurunan produksi, maka dampak terhadap perekonomian Indonesia cukup besar. Baik di sisi industri maupun pertanian.


Pendapatan rill masyarakat di industri SKT akan turun sebesar 1,24%. Sementara di sektor pertanian akan turun sebesar 1,14%. Turunnya pendapatan ini mampu menurunkan konsumsi sebesar 0,96%.


Jadi, sejak dulu memang SKT telah menjadi tumpuan ekonomi dan ikut berperan dalam stabilitas perekonomian Nasional. Untuk itu perlu kiranya regulasi yang tegas untuk tetap melindungi SKT ini


Opini Terbaru