NU: Dahulu dan Sekarang (Sebuah Catatan Refleksi di Harlah NU ke-102)
Batam, NU Online Kepri
Ibarat sebatang pohon yang usianya sudah mencapai ratusan tahun, maka semakin kokoh akarnya menghunjam kedalam bumi, batangnya semakin besar dan bergalih, rantingnya yang bercabang cabang serta daunnya yang rindang lagi lebat dapat dirasakan manfaatnya untuk berteduh dari terik panasnya sengatan sinar matahari disiang hari.
Semakin besar dan tinggi, maka pohon akan semakin banyak dan besar kemungkinan mendapatkan tantangan dan ujian, semisal: puting beliung, badai angin topan, sambaran petir, hujan deras, panas terik adalah makanan sehari hari yang kerap dijumpainya, bila ia kokoh dan tahan serta sabar menghadapi segala ujian maka pohon tersebut semakin besar dan tinggi menjulang ke atas, tetapi bila tidak maka kematian siap menjemputnya.
Gambaran di atas persis diibaratkan seperti Jam’iyyah Nahdlatul Ulama, yang pada tanggal 16 Rajab 1446 H bertepatan dengan hari lahirnya yang ke – 102 Tahun. Di mana umur yang sudah mencapai seabad lebih ini, bukan usia yang pendek, dan seumur jagung, dan juga tidak usia yang hanya menunjukkan besar angkanya saja, tetapi angka 102 adalah angka yang menunjukkan perjalanan, pergerakan, pengkhidmatan, serta pahit dan manisnya yang luar biasa dialami oleh organisasi yang bernama NU untuk terus dapat berkhidmat dan mendedikasikan serta menumpahkan segala tenaga, fikiran dan finansial untuk kemaslahatan dan kemakmuran bangsa Indonesia.
Dan nyata adanya diusianya yang ke 102 tahun, NU semakin maju, baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif, ini menunjukkan bahwa NU bukanlah sembarang organisasi, tetapi benar benar suatu organisasi social dan keagamaan yang didirikan oleh wali/kekasinya Allah SWT dan mendapatkan ridho dariNya, serta diteruskan oleh para pejuang pejuang organistoris yang Ikhlas lillahi ta’ala
Perkembangan dari segi kuntitatif dapat dilihat dari banyaknya gedung kantor NU yang berdiri dengan megah dari tingkat kecamatan hingga provinsi di seluruh Indonesia, serta jumlah warga nahdliyin yang semakin naik jumlahnya setiap tahunnya, dari data Lembaga Survei Indonesia terakhir yang diliris pada tahun 2023, orang yang mengaku NU ini sudah mencapai 56,9 persen dari seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah 280 juta jiwa.
Kemajuan dari segi kualitas tentunya untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, sehingga roda organisasi dapat berjalan dengan maksimal. Dalam dua tahun terakhir NU telah melaksanakan ratusan kali Pendidikan Dasar Pelatihan Kader Penggerak NU (PDPKPNU) di seluruh Indonesia dan meluluskan lebih dari 70.000 kader.
Menyusul kemudian Pendidikan Kepemimpinan Menengah NU (PMKNU), hingga saat ini tercatat telah terlaksana 48 kali PMKNU dengan jumlah lulusan lebih dari 2.500.
Di tambah lagi sebuah perguruan Tinggi milik NU yang tersebar di seluruh Indonesia yang berjumlah:
- 56 Universitas;
- 45 Institut (34 institut agama, 10 institut sains/teknologi, 1 institut kesehatan);
- 72 Sekolah tinggi (57 sekolah tinggi agama, 9 sekolah tinggi ekonomi, 6 sekolah tinggi keguruan);
- 4 Politeknik; dan
- 6 Akademi;
Sehingga seluruh Lembaga Pendidikan Tinggi milik Nahdlatul Ulama (LPTNU) di seluruh Indonesia berjumlah 183 lembaga.
Awal mula NU didirikan adalah untuk melindungi dan melestarikan tradisi amaliyah ahlus sunnah wal jama’ah dan meminta Raja Saudi untuk membiarkan mazhab, pengajaran mazhab, tidak menghancurkan tempat ziarah, dan membiarkan makam Nabi tetap bisa diziarahi. Bahwa NU berdiri karena terinspirasi dari perkembangan internasional, terutama berakhirnya khilafah. Namun, ada satu sisi yang lebih penting, yaitu kebijakan Arab Saudi setelah mereka menaklukkan Makkah yang betul-betul membahayakan tradisi keagamaan Nahdlatul Ulama.
Dari sinilah maka istilah komite Hijaz muncul, yang akan menjadi titik awal kelahiran NU, yang turut serta mewarnai perjalanan sejarah bangsa Indonesia bahkan dunia, oleh karenanya keberadaan NU harus benar-benar dapat dirasakan kemaslahatannya untuk seluruh mahluk yang menempati planet bumi ini, tanpa memandang suku, ras, agama maupun golongan. Intinya NU harus benar benar dapat menjadi Rahmatal lil’alamin.
Ini sesuai dengan lambang/logo NU, dimana dalam lambang/logo tersebut ada gambar tali yang melingkari dunia, artinya bahwa NU harus siap menjadi garda terdepan untuk mewujudkan perdamaian abadi, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.
Tidaklah mengherankan bila NU dari awal berdirinya hingga saat ini diusianya yang ke 102 tahun sangat aktif dalam memainkan peranannya baik dalam taraf nasional maupun kancah internasional, terutama dalam bidang: pendidikan, sosial, kebudayaan, issu gender, kesehatan maupun politik kebangsaan dan konsep negara .
Peran NU Dalam Menjaga Keutuhan NKRI
Bahwa penerimaan Pancasila sebagai falsafah kehidupan berbangsa dan bernegara telah sesuai dengan spirit “Piagam Madinah” yang digagas oleh Rasulullah SAW, yang berhasil menyatukan masyarakat yang plural dalam satu kesatuan negeri Madinah. Dari Piagam Madinah dapat diambil spirit, bahwa Nabi Muhammad menyatukan warga yang multi etnis dan multi agama menjadi ummah wāḥidah (satu kesatuan bangsa). Semua warga punya kedudukan yang sederajat, sama-sama berhak mendapatkan jaminan keamanan, melakukan aktivitas ekonomi, mengaktualisasikan agama, sama-sama berkewajiban untuk saling memberi nasehat dan berbuat kebaikan, menjaga keamanan serta integritas Madinah sebagai satu kesatuan negeri menghadapi ancaman dari luar.
Selain anjuran untuk menjaga kedaulatan bangsa dalam bingkai NKRI juga menganjurkan untuk memupuk persatuan di tengah masyarakat yang plural perlu ditanamkan sikap menghargai perbedaan dan menjaga hak antar sesama anak bangsa, demi tetap terwujudnya persatuan dan kesatuan di tanah air Indonesia tercinta.
Peran NU Dalam Kancah Global
Salah satu peran penting NU dalam kancah internasional adalah dengan telah di bentuknya PCINU di beberapa negara, serta terlibatnya secara aktif Pengurus Cabang Istimewa (PCINU) yang sudah ada dan tersebar di lebih dari 30 negara sebagai langkah untuk memperluas jangkauan aksi dan pengaruh NU di kancah internasional. Pengurus Cabang Iistimewa NU adalah garda terdepan, di mana setiap harinya mengetahui kondisi dinegaranya, salah satunya adalah bagaimana membawa nilai moderasi Islam Indonesia ke negara lain dan mengetahui mendalam masing-masing budaya negara setempat yang beragam.
Peran NU dalam menyerukan keseimbangan hidup pastinya didengar oleh dunia internasional, para tokoh NU banyak diminta sumbangannnya dalam menyelesaikan berbagai persoalan politik di berbagai belahan dunia. Mulai dari konplik Palestina yang hingga saat ini tak kunjung reda, konflik Lebanon, Afghanistan, hingga Filipina dan Thailand Selatan. Bahkan peran itu telah dilakukan sejak awal NU berdiri, peran NU dalam mendorong kemerdekaan dan pembangunan bangsa-bangsa Asia dan Afrika juga sangat besar.
Semoga dihari ulang tahunnya yang ke 102 jamm’iyyah Nahdlatul Ulama semakin dirindukan oleh ummat serta dapat menunjukkan prestasi yang gemilang dan cemerlang, untuk kemaslahatan semua mahluknya Allah SWT, harapannya ini semua dapat terwujud bila semua pengurus di tingkatannya masing masing mulai dari pengurus ranting/desa hingga pusat dapat melaksanakan tugasnya dengan Ikhlas dan tanggung jawab, serta kedepannya para tokoh muda, ilmuwan, dan seluruh warga jam’iyyah NU harus terpanggil hatinya untuk membesarkan NU sesuai dengan tupoksinya masing masing.
Masruri alBarbasyi, Penulis adalah Alumni UIN Walisongo Semarang