Peran Besar PLN Bantu UMKM Naik Level
Batam, NU Online Kepri
Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 23.00. Namun Yudi (47) belum beranjak dari kursinya. Matanya masih terfokus menatap layar laptop. Sesekali badannya ia tarik mendekat ke layar untuk memastikan tak ada ejaan yang atau tanda baca yang keliru. Maklum sebuah CV alis lamaran kerja memang dituntut untuk selalu sempurna terutama dari segi tanda baca.
Dan, malam ini pria bernama lengkap Yudi Arianto ini sudah menyelesaikan setidaknya empat surat lamaran kerja yang ditujukan ke perusahaan-perusahaan di Batam. Ya, sebagai tempat fotocopy, dirinya tidak hanya menerima orderan perfotocopyan belaka. Tapi juga merambah ke soal jasa membuat lamaran kerja. Bukan itu saja, dirinya bahkan beberapa kali diminta membuat makalah tugas kampus.
Kepada NU Online Kepri, Yudi bercerita, bisnis yang ia tekuni memang sejak awal dirancang hanya fokus dipenggandaan dokumen belaka alias fotokopi dan prin out dokumen. Namun belakangan karena banyak permintaan untuk editing data, terutama surat lamaran kerja, ia menyanggupi. "Pernah juga diminta untuk buat surat wasiat," ujarnya. Bukan hanya surat wasiat, beberapa kali juga ia diminta membuat surat kuasa.
Sedangkan untuk surat lamaran kerja, hampir tiap hari ada saja permintaan. "Biasanya itu ya memang untuk lamaran kerja tiap hari ada aja yang minta," ungkapnya. Untuk itu, warung tempat fotocopynya buka hingga larut malam, sebab kadang kala ada yang tiba-tiba disuruh mengantarkan lamaran kerja segera. Apalagi sekarang lamaran kerja dibuat dalam format PDF.
"Format PDF itu sangat membantu, sebab memang tak banyak pelamar yang memiliki laptop sendiri, akhirnya pakai jasa kami," jawabannya sambil tersenyum.
Yudi mengisahkan, bisnis ia geluti saat ini sudah memasuki tahun kedelapan. Ia ingat betul awal-awal4 merintis usaha susahnya bukan kepalang. Terkadang dalam satu hari hanya ada beberapa orang saja yang menggunakan jasanya. Itupun hanya sekadar fotokopi belaka yang tentu saja nominalnya tidak banyak. Untuk itu ia kerap nyambi jadi tukang ojek untuk menutupi belanja keperluan sehari-hari.
"Kalau saya ngojek, istri saya suruh jaga sebentar sambil jaga anak yang masih kecil. Kadang kalau masa itu diingat bikin sedih tapi juga jadi bahan motivasi," ujar pria kelahiran Tembilahan ini.
Sebenarnya dengan nyambi jadi tukang ojek, Yudi bilang, membuatnya tidak fokus mengurus bisnisnya. Ditambah lagi dengan kesibukan istrinya yang harus jaga anak kecil. "Waktu itu anak saja masih kecil dan rewel," tuturnya. Untuk itu kemudian dengan berat hati dan pertimbangan masak-masak ia jual kendaraan roda duanya.
Hasil penjualannya kemudian ia belikan sebuah laptop dan printer. Keputusan menjual sepeda motor merupakan salah satu keputusan paling berat dalam hidupnya. Sebab menurutnya, ini menyangkut juga masa depan rumah tangannya.
"Bayangkan kemudian waktu motor saya pake ngojek dan alhmdulillah ada hasilnya. Kemudian saya jual lalu mengandalkan fotokopi ini untuk menghidupi anak dan istri. Kalau saya bayangkan itu rasanya pengen nangis. Sebenarnya nggak logis tapi keputusan harus saya ambil," kata pria yang pernah bercita-cita jadi pilot ini.
Setelah kendaraan ia lego. Yudi pun fokus mengurus bisnisnya. Tak ketinggalan ia juga mengikuti beberapa pelatihan UMKM yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta. Berbekal pengetahuan dari pelatihan UMKM itu perlahan usahanya merangkak naik. Ia juga kerap melakukan promosi di media sosial dan terakhir lokasi usahanya ia geser persis ke jalan raya Bengkong. Dengan letak bisnisnya yang berada di keramaian membuat usahanya semakin "hidup".
Dirasa sudah berkembang pesat dan omset sudah dua digit. Ia pun memberanikan diri merekrut seorang karyawan untuk memantau kelancaran bisnisnya. Maka, dipekerjakanlah seorang karyawan yang tentu saja ia rekrut secara profesional. Ia tidak melibatkan keluarganya apalagi sampai menjadikannya karyawan. Yudi berprinsip keluarga sebaiknya jangan dilibatkan dalam bisnis.
*
Masa kelam (jilid ll) pun akhirnya datang dengan tidak disangka-sangka. Yaitu Covid. Siapa yang menyangka virus Covid akan hadir dan memporak-porandakan segala jenis bisnis. Tak perduli bisnis triliunan atau rumahan. Semua terkena imbasnya. Termasuk bisnis fotokopi Yudi.
Awalnya ia coba bertahan. Namun bisnisnya hampir drop. Ia mencoba tetap buka normal seperti biasa tapi siapa yang mau datang fotokopi sementara sebagian karyawan di rumahkan atau pekerja kantoran bekerja di rumah alis WFH.
Akhirnya dengan terpaksa ia memecat karyawannya. Dan memberinya sedikit pesangon. "Mau gimana lagi, pemasukan tak ada. Terpaksa saya suruh di rumah aja dulu," kenang Yudi.
Yudi bercerita, masa Covid membuatnya frustasi. Segal cita-cita yang ia mimpikan buyar seketika. Tapi dengan situasi (Covid) tersebut juga membuatnya semakin bisa memaknai hidup. Membuatnya semakin berfikir bahwa tak semua keinginan itu bisa diwujudkan. Dengan Covid ia belajar hidup harus ikhlas dan akan kuasa besar Tuhan di sana.
"Kalau kecewa. Tentu ia. Saya punya gambaran dulu kalau usaha berjalan lancar tahun keempat sudah bisa credit mobil. Semua berubah karena Covid. Tapi ya tadi itu kita minimal harus bisa menerima keadaan dengan begitu penyesalan bisa hilang dari diri kita," ujar pria berkaca mata ini.
Dengan adanya Covid ia segera memutar otak. Berfikir keras. Bagaimana bisa terus bertahan ditengah keterbatasan. Ia lalu memanfaatkan lahan di depan tokonya untuk sekadar berjualan kue dan aneka gorengan. Selang beberapa bulan kemudian dua buah gerai alis gerobak (menjual teh obeng dan ketoprak) mejeng di depan tokonya dengan status sewa. Dari sewa gerobak tersebut akhirnya bisa menutupi uang belanja bulanan.
"Ada saja jalan kalau kita sabar. Tau-tau hampir bersamaan ada yang mau numpang (sewa) di depan toko. Ya, alhamdulilah bisa sedikit membantu," imbuhnya.
Dan akhirnya pun masa-masa Covid pun berakhir. Geliat ekonomi membuncah lagi. Termasuk usaha fotokopi Yudianto.
Yudi juga menceritakan kenapa akhirnya memilih bisnis fotokopi dan menggelutinya hingga saat ini. Yudi bilang, mesin fotokopi merupakan sahabatnya sejak dulu. Bahkan jauh sebelum ia hijrah ke Batam. Dulu waktu ia sekolah SMP sering bantu-bantu usaha fotokopi pamannya. Bahkan hingga ia lulus SMA. Berbekal dari pengetahuan sejak SMP itulah kemudian ia berniat kalau ada modal akan membuka bisnis perfotocopian.
"Dulu, kalau pulang sekolah, saya bantu-bantu Oom. Sekedar uang jajan dapatlah. Dari itulah (pengalaman) buat saya suatu saat menanamkan tekat untuk bisa juga punya bisnis serupa," terangnya.
Yudi juga bilang, sangat tertolong dengan kondisi listrik di Batam sangat jempolan. Maksudnya tidak ada kendala yang berarti bahkan sangat diandalkan. Artinya listrik di Batam sangat jarang sekal mati. Ini tentunya sangat menolong bisnisnya. Sebab listrik yang stabil akan membantu kelancaran bisnis.
Hal yang ia khawatirkan pertama kali saat membuka bisnis perfotocopian adalah soal ketersediaan jaringan listrik. Sebab pengalamannya ketika di kampung saat listrik sering byar pet bukan hanya mengganggu aktivitas bisnisnya namun juga akan berpengaruh terhadap peralatan. Khususnya mesin fotokopi dan laptop.
"Tapi, alhamdulilah sekali di Batam listriknya sangat bagus. Jarang sekali ada pemadaman. Apalagi yang sifatnya tiba-tiba. Itu tentu sangat menggangu. Makanya, yang pertama kali saya lakukan dulu (saat memulai bisnis) saya pastikan betul listriknya stabil. Dan, memang hingga saat ini kalau ditanya listrik di Batam yang paling stabil," ujarnya dengan rasa bangga.
Listrik yang stabil memang menjadi harapan semua orang. Terutama bagi mereka yang bergerak di bidang usaha. Listrik tentunya akan terus menopang tumbuh-kembangnya UMKM.