• logo nu online
Home Warta Nasional Daerah Melayu Keislaman Opini Pendidikan Sosok Khutbah Pemerintah Parlemen Pustaka Video Mitra
Jumat, 29 Maret 2024

Sosok

Sosok

Hari priyono, Petani Hidroponik di Kota Industri

Hari priyono, Petani Hidroponik di Kota Industri
Hari priyono, Petani Hidroponik di Kota Industri.(Foto:NUOK/Dok.Pribadi)
Hari priyono, Petani Hidroponik di Kota Industri.(Foto:NUOK/Dok.Pribadi)

Hari Priyono adalah seorang dari sedikit pemuda Batam yang masih setia bergelut dengan dunia pertanian. Meski di Batam profesi ini amat langka dilakoni, apalagi oleh para anak muda. Mereka lebih memilih bekerja di sektor informal—orang Batam menyebutnya kerja di PT—ketimbang harus bertani. Hari Priyono tidak. Pria gondrong ini memilih bertani hidroponik di kota industri.


Secara sederhana, hidroponik bisa diartikan, tanaman yang media tanamnya bukan tanah. Biasanya air.    Di beberapa kota besar di Indonesia, sudah banyak yang melirik bertanam secara hidroponik. Selain efisien juga tidak terlalu banyak memakan lahan. Hasil pertanian yang didapat juga bisa memenuhi kebutuhan di suatu tempat. Namun memang perawatnya meski esktra, salah urus sedikit saja, tanaman bisa layu.


Perjumpaan Mas Gun—begitu kira-kira ia disapa di komonitas masyarakat Batam—dengan hidroponik bukanlah kebetulan. Ia mendalami seluk-beluk hidroponik dengan autodidak. "Bahkan aku mas, sampai lihat-lihat tayangan di YouTube berjam-jam." Kemudian merakit secara mandiri pipa-pipa yang akan digunakan sebagai wadah. "Kalau ada uang beli pipa dulu, bulan besok kalau gajian beli lagi material lain," kenang pemuda asal Magetan ini.


Sebelum memutuskan menanam tanaman seledri (nama latin: Alvium Graveolens), berbagai jenis tanaman ia budidayakan. "Kebanyakan sayuran, Mas. Cabe yo pernah, kangkung juga dulu ada, cuman harganya kurang bagus di pasaran," kenang pemuda ada Kebumen ini.


Ketua Ansor Ranting Mangsang ini menuturkan, bertani dengan metode hidroponik tidak boleh main dan setengah-setengah. Meski tekun dan sungguh-sungguh. Selain harus diperhatikan kadar air, harus rutin juga mengecek kualitas air. Jenis tanaman ia tanam adalah seledri. Menurutnya, tanaman ini punya potensi pasar yang sangat bagus. Khususnya di Batam.


Ketika kami temui di lokasi pertaniannya yang juga ia jadikan tempat tinggal (sementara), pria yang pernah merilis beberapa lagu ini melarang kami segera mendekat ke tumbuhan seledri. Menurutnya, tamu yang baru datang suhu tubuhnya masih panas dan belum stabil. Itu tidak baik untuk tumbuhan seledri.


"Yo, ndak melarang to, Mas. Iki tanaman juga mesti kenalan," katanya dengan bahasa Jawa. Tanaman juga seperti manusia butuh kenalan dulu, kalau tidak ia bisa ngambek. Apalagi seledri. "Makanya, jangan ke dalam dulu, sampeyan itu bawa virus dari luar," kelakarnya.


----------------------

Sembari menemani kami berkeliling melihat tanaman seledri di atas pipa-pipa yang di dalamnya terdapat genangan air, Mas Gun sangat fasih menjelaskan tentang seluk-beluk hidroponik termasuk bagaimana agar seharusnya anak-anak muda ikut nimbrung menseriusi pertanian.


Ia juga amat lihai menjelaskan seluk-beluk tumbuhan seledri, termasuk kadar keasamannya (pH: Potential Hidrogen) Bahkan untuk mengukur tingkat keasaman, ia membeli alat khusus pengukur pH. "Mesti rutin dikontrol. Di atas delapan itu sudah tak bagus," jelasnya.


Pada malam hari, umumnya semua tumbuhan istirahat, persis seperti manusia. Sehingga, memberi nutrisi baiknya dilakukan saat pagi dan sore hari. Bertani ala Hidroponik bukan berarti air yang digunakan air sembarangan. Mas Gun mewanti betul hal ini. Air PDAM tak bisa digunakan, sebagai gantinya ia menggunakan air dari kaki bukit yang persis di belakang kediamannya.


Pengetahuannya akan hal itu ia dapat dari buah pengalamannya. Maklum saja, pria yang pernah bercita-cita menjadi pilot ini bukanlah sarjana pertanian. Ia juga tidak banyak menghabiskan belajar di bangku sekolah. Secara otodidak ia belajar hidroponik. Banyak membaca dan menonton tayangan YouTube.


Kini di kediamannya yang berada di bilangan Mangsang, tanaman seledri sudah menghiasi hampir seisi conter. Batangnya juga terlihat gemuk dan lebat. Ia bahkan sudah memasarkan hasil tanaman hidroponiknya ke pasar daerah Jodoh dan Nagoya. Kedepannya, ia berharap bisa merambah pasar luar Batam atau bahkan negara Jiran.


Ditanya mengenai penghasilan rata-rata selama satu bulan, ia hanya menjawab diplomatis. Menurutnya, yang perlu sebenarnya adalah  mencetak petani-petani muda. Bukan hanya jarang, hampir tak ada pemuda yang ingin bertani. Yang ingin  menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian. Terutama di Kota.


Orang datang ke kota untuk bekerja. Syukur-syukur bisa menjadi manager dengan pakaian yang berdasi. Kalau tidak mendaftar jadi PNS. Jika bertani? Hampir tidak ada punya cita-cita itu.


Kegelisahan itu juga menghampiri Mas Gun, ia tidak hanya sedih bahkan miris ketika melihat generasi muda yang cenderung banyak gaya, dompet cegak. "Loh, kalau saya sering bilang ke kawan-kawan, ke teman-teman Ansor ke sini belajar bagaimana hidroponik ini. Tapi, nyatanya tak ada yang ke sini. Kalau jadi pekerja terus sampai kapan. Kan gitu," paparnya.


Secara sederhana ia berharap, hidroponik bisa menjadi semacam wadah bagi anak muda untuk mengembangkan diri. Potensinya sangat besar, hanya perlu kemampuan dan tekat yang kuat. "Kalau datang ke saya, saya ajarkan sampai bisa. Asal mau. Apalagi kader Ansor. Kan keren kalau setiap PAC punya amal usaha. Itu yang banyak dipikirkan oleh banyak orang," harapannya


Sosok Terbaru