Ada Apa dengan Bulan Rajab ?
Siak, NU Online Kepri
Rajab adalah salah satu bulan haram yang dimuliakan Allah SWT. Keutamaan ini dijelaskan dalam sejumlah ayat dan hadits tentang bulan Rajab. Dalam kalender Hijriah, Rajab adalah bulan ke-7. Bulan ini terletak di antara Jumadil Akhir dan Syakban atau dua bulan menjelang bulan suci Ramadan. Pada tahun ini Insya Allaah kita akan memasuki tanggal 10 Rajab 1446 H bertepatan dengan 10 Januari 2025 M, persisnya di hari Jum’at pahing.
Allah SWT. berfirman : Artinya : “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwa, Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. (QS. At Taubah : 36)
Di antaranya empat bulan haram, yang satu sendirian, yaitu bulan Rajab, sedang yang tiga berurutan, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus. Maksudnya, diharamkan (dimulyakan) nya bulan yang empat itu adalah ketetapan agama yang lurus, yaitu agama Ibrahim dan Ismail as.
Maka janganlah kamu menganiaya dalam bulan yang empat itu, yakni dalam bulan-bulan haram. Maksudnya, dengan melanggar kehormatannya dan melakukan hal-hal yang diharamkan di waktu itu. Sedang Orang-orang yang berbuat aniaya dengan melakukan perbuatan perbuatan maksiat dibulan itu maka itu amat besar sekali dosanya. Sama halnya seperti melakukan perpuatan-perbuatan maksiat di tanah Haram dikala ihram.
Nabi Muhammad SAW telah bersabda yang artinya: "Zaman berputar seperti hari Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu terdiri dari 12 bulan, di antaranya 4 bulan Haram, tiga bulan berurutan, Zulkaidah, Zulhijah, dan Muharam. Adapun Rajab yang juga merupakan bulannya kaum Mudhr, berada di antara Jumadil Akhir dan Syakban." (HR Bukhari dan Muslim)
Di dalam kata rajab terdapat tiga huruf, yaitu Ra, Jim dan Ba. Adapun huruf Ra yang bermakna Rahmat maksudnya adalah kasih sayang Allah SWT kepada seluruh makhlukNya yang ada di dunia ini, baik manusia, tumbuh tumbuhan atapun hewan, semuanya mendapatkan belas kasih sayang dari Allah SWT tanpa pandang bulu, baik manusia yang beriman maupun yang tidak beriman. Ketika orang mukmin di pagi hari diberi nikmat dapat melihat dan merasakan hangatnya sinar mentari pagi, maka orang yang ingkarpun dapat merasakannya.
Kemudian huruf Jim yang memiliki arti Jurmil Abdi (kedurhakaan hamba Allah), dan huruf Ba menunjukkan Birrullaahi (Kebaikan Allah Taala). Seolah-olah Allah berfirman: “Hai hamba-Ku, Aku letakkan dosamu dan kejahatanmu di antara kebaikan dan rahmatKu, maka tidak tersisa lagi dosa dan kejahatan pada dirimu berkat kemuliaan bulan Rajab ini.” (Kitab Durrotun Naashihiin)
Diriwayatkan dari Nabi saw., bahwa Beliau bersabda, yang artinya: “Aku melihat pada malam mikraj sebuah sungai yang airnya lebih manis daripada madu, lebih sejuk daripada salju, dan lebih harum dari pada misik. Lalu aku bertanya kepada Jibril : “Hai Jibril, untuk siapakah ini?'. Jibril menjawab: "Untuk orang yang bersalawat kepadamu di bulan Rajab'. dan sabda Nabi saw., yang artinya : “Kembalilah kamu semua kepada Tuhanmu, mohonlah ampun dari dosa-dosamu, dan jauhilah perbuatan-perbuatan maksiat dibulan suci, yaitu bulan Rajab”.
Di dalam kitab Sya'bul Iman, dari sahabat Anas ra., bahwa Nabi saw. bersabda : Artinya : “Di dalam surga ada sungai yang dinamakan Rajab, yang lebih putih daripada susu dan lebih manis dari pada madu. Barang siapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka Allah Taala memberinya minum dari sungai itu".
Peristiwa besar di tanggal 10 Rajab
Allahu Yarham KH. Maimoen Zubair (Mbah Moen) mengungkapkan keistimewaan tanggal 10 bulan Rajab. Yakni pindahnya nur Nabi Muhammad SAW dari punggung Sayyidina Abdullah bin Abdul Mutholib ke rahim Sayyidah Aminah binti Wahab atau disebut wiladah pertama.
Masih menurutnya, tepat pada 10 Rajab Sayyidah Aminah dan Sayyid Abdulah berhubungan suami istri. Pada malam Jumat 10 Rajab tersebut turunlah sukma Sayyid Abdullah kepada Sayyidah Aminah bebarengan dengan turunnya nur (cahaya) Nabi Muhammad SAW. Oleh karena peristiwa agung inilah Mbah Moen mengatakan bahwa kita dianjurkan puasa pada 10 Rajab.
Lalu bagaimana hukum puasa sunnah pada tanggal 10 Rajab 1446 H ? sedangkan tanggal tersebut tepat pada hari
Jumat? Apakah boleh mengerjakan puasa pada hari tersebut atau tidak? Pasalnya, selain Idul Fitri dan Idul Adha, Allah SWT juga menjadikan hari Jumat sebagai hari spesial bagi umat Islam. Dalam hadits riwayat Ibnu Abbas dijelaskan, Rasulullah SAW berkata, “Ini (Jumat) adalah hari Id yang dijadikan Allah SWT untuk kaum Muslimin,” (HR Al-Thabarani). Sebab itu, menurut sebagian ulama, puasa hari Jumat dimakruhkan karena hari tersebut dianggap sebagai hari raya. Kemakruhan puasa di hari Jumat ini berlaku bila sebelum atau sesudahnya tidak dibarengi puasa. Pendapat ini merujuk pada hadits riwayat Abu Hurairah, Rasulullah SAW, bersabda yang artinya :“Janganlah kalian puasa pada hari Jumat melainkan puasa sebelum atau sesudahnya,” (HR Al-Bukhari).
Kehamilan Aminah membawa banyak tanda keajaiban. Berkaitan dengan hal ini, Imam al-Qastalani dalam Mawahibul Ladduniyyah sampai membuat bab khusus yang menjelaskan keajaiban kehamilan Aminah. Menurut salah satu riwayat, ketika benih Rasulullah mulai berkembang dalam rahimnya, terdengar seruan dari langit yang memerintahkan para malaikat untuk memuliakan bumi dan langit. Tempat-tempat suci dipenuhi wewangian surgawi. Fenomena ini menunjukkan kemuliaan dan keistimewaan kelahiran Rasulullah SAW yang akan menjadi rahmat bagi umat manusia.
Masruri alBarbasyi, Alumni Ponpes al-Hikmah Brebes Jawa Tengah.