• logo nu online
Home Warta Nasional Daerah Melayu Keislaman Opini Pendidikan Sosok Khutbah Pemerintah Parlemen Pustaka Video Mitra
Rabu, 15 Januari 2025

Daerah

Implementasi Surat al-Ma’un Oleh warga Wonosari Kec. Sinunukan

Implementasi Surat al-Ma’un Oleh warga Wonosari Kec. Sinunukan
Implementasi Surat al-Ma’un Oleh warga Wonosari Kec. Sinunukan.(Foto:NUOK/ist)
Implementasi Surat al-Ma’un Oleh warga Wonosari Kec. Sinunukan.(Foto:NUOK/ist)

Mandailing Natal, NU Online Kepri

Ada yang patut diacungin jempol dan perlu dicontoh dari persatuan perwiridan: Tahlil, Takhtim dan Yasinan di Desa Wonosari Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, karena para bapak bapak dan ibu ibunya sangat kompak dalam hal kebaikan, diantaranya adalah membawa uang infak seikhlasnya ketika wirid bergilir yang dilakukan dor to dor setiap malam jum’at jika wirid laki laki, dan ba’da sholat jum’at jika wirid perempuan.


Dari uang infaq seikhlasnya yang dibawa oleh bapak bapak dan ibu ibu (para jama’ah) seminggu sekali, ketika wirid berlangsung setiap malam dan hari jum’at dan ditambah kotak infak yang diletakkan dikedai kedai dapat terkumpul uang infak selama kurang lebih setahun mencapai Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah), jumlah yang sangat fantastis bukan?


Dimana uang yang sudah terkumpul tersebut diperuntukkan untuk menyantuni anak yatim/piatu, dan membantu warga yang kurang mampu semisal kegiatan sunatan massal. Jadi kekompakan dan kedermawanan warga desa Wonosari sangat membantu sekali bagi kaum dhu’afa, dan ini tentunya perlu ditiru oleh desa desa lainnya.


Apa yang dilakukan oleh warga desa Wonosari sesuai dengan isi kandungan  di dalam al-Qur’an Surat al-Ma’un ayat 1-2. Yang artinya “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?(1)  Itulah orang yang menghardik anak yatim (2).
Sebagai seorang muslim yang baik, pasti tidak akan mau jika dicap sebagai orang yang mendustakan agama, bagaimana caranya supaya seseorang tidak dikategorikan mendustakan agama? Salah satu indikatornya adalah kita harus  selalu peduli dengan kondisi nasib anak yatim/piatu dan kaum dhu’afa (lemah). Jangan sampai kita mentelantarkannya, karena itu termasuk dosa besar,


“Di desa kami (Wonosari) setiap RT nya memiliki jama’ah perwiridan baik laki laki maupun perwiridan perempuan yang aktif, jika perwiridan laki laki dilaksanakan pada malam jum’at setelah sholat isya’, sedangkan perwiridan perempuan dilaksanakan setiap selesai sholat jum’at sekitar jam tiga sore. Nah…disitulah ketika wirid dilaksankan para jama’ah membawa uang infak seikhlasnya, dari donasi yang terkumpul selama kurang lebih setahun dan ditambah dari uang kotak infak yang kami letakkan di kedai kedai alhamdulillah terkumpul uang mencapai Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah)”. Ungkap Fadhilah selaku ketua yang membidangi santunan anak yatim/piatu desa Wonosari.


Masih menurutnya, “jadi uang infak yang sudah terkumpul tersebut kita bagikan dipertengahan bulan Ramadhan, dan setiap anak yatim/piatu alhamdulliah bisa mendapatkan bagian Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) per anaknya. Kegiatan positif ini sudah kami lakukan sejak lama, tujuannya supaya anak yatim piatu tersebut dapat merasakan keceriaan dan kegembiraan disaat menjelang idul fitri, layaknya anak anak lainnya yang masih memiliki ayah dan ibu. Jadi ketika anak anak yang masih memiliki kedua orang tua dapat membeli baju lebaran, anak yatim/piatupun tak perlu bersedih, karena dapat membelinya juga, berkat santunan dari jama’ah kita”.


“Pentasharufan kotak infak juga dapat diperuntukkan membantu warga desa kami yang kurang mampu, contoh kegiatan sunatan masal, uang dari kotak infaklah yang akan membantu untuk membayar jasa dokter, uang saku, membeli baju koko dan sarung serta peci”. Seraya mengakhiri pembicaannya.


Masruri al-Barbasyi, Kontributor NU Online.


Daerah Terbaru