Pondok Pesantren Nadwa Benteng Aswaja di Bumi Madina
Mandailing Natal .NU Online Kepri
Sebagai orang tua jika ingin memondokkan putra putri buah hati kesayanggannya jangan sampai salah memilih pondok pesantren, karena zaman sekarang bamyak pondok pesantren yang menawarkan progam kajian keislaman seperti tahfiz, kajian sunnah dan lain sebagainya. Jika diamati sepintas lalu seakan akan ponpes tersebut bermanhajkan Ahlus Sunnah wal Jma’ah, ditambah lagi adanya papanisasi ponpes yang bertuliskan nama sahabat Rasulullah. Sepintas lalu memang mantap dan wah, tetapi jika orang tua tidak jeli maka ini akan menjerumuskan akidah anak sebagai penerus aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah an Nahdliyah.
Bagaimana tidak? Orang tua yang tadinya rajin tahlilan dan yasinan setiap malam jum’at, senang menghadiri istighotsah, mengadakan acara tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari dan haul untuk mendoakan orang yang sudah meninggal, dan banyak lagi amalan amalan yang sudah terbiasa dilakukan oleh jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Ketika orang tua salah memondokkan anaknya, maka ini akan menjadi bumerang bagi orang tua kelak. Wal hasil anak tersebut kelak akan berani menyalahkan amalan amalan yang sudah biasa dilakukan oleh orang tuanya, seperti tahlilan bid’ah, ziarah kubur haram, tawashul musyrik dan lain sebagainya.
Pondok Pesantren Nadwa berdiri pada tahun 2002, pendirinya adalah Buya Abdur Rahman Batubara Nadwi, seorang ulama yang fakih dan tawadhu’ alumni dari pondok pesantren Musthafawiyah Purba. Adapun Ponpes Musthafawiyah yang lebih dikenal dengan nama Pesantren Purba Baru didirikan pada 12 November 1912 oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily, Pesantren Musthafawiyah merupakan salah satu pesantren tertua di pulau Sumatera dengan usia sekitar 1 abad lebih dan telah banyak mencetak ulama di Indonesia.
Adalah Ponpes Nadwa yang menjadi salah satu benteng Ahlus Sunnah wal Jama’ah an Nahdliyah, yang belokasi di jalan raya Sinunukan – Batahan Natal tepatnya di desa Air Rapa Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara. Menjadi pilihan utama orang tua untuk memondokkan anaknya di tengah tengah gempuran maraknya faham keagaman yang menjamur saat ini. Tujuannya adalah supaya santri Ponpes Nadwa mampu untuk mengusai kajian kajian kitab kuning /klasik karya ulama Nusantara maupun ulama Dunia yang berhaluan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, untuk dapat bersikap tawashuth, tawazun, tasamuh dan ta’adl.
Adapun kitab kuning/klasik yang diajarkan di ponpes ini meliputi: akidah, akhlak, tasasvvuf, fikih, ilmu tafsir, ushul fikh, ilmu hadits, tarikh, ilmu tajwid, ilmu nahwu-shorof sebagai ilmu yang membahas tentang Gramatikal dan tata bahasa Arab sebagai dasar supaya santri dapat membaca kitab kuning. Harapanya adalah setelah para santri digembleng, dididik serta mengenyam pendidikan selama kurang lebih tujuh tahun di ponpes Nadwa para Mutakhorij (alumninya) dapat menguasai dan mampu membaca kitab kuning dan tentunya dimalkan di lingkungan masyarakatnya setelah kembali ke kampung halamannya masing-masing.
Di samping penguasaan kitab kuning yang tidak kalah pentingnya, pondok pesantren Nadwa juga memiliki dua lembaga pendidikan formal, yakni pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Di samping itu juga, ada tampak bangunan dengan megahnya di sekitar ponpes, gedung Balai Latihan Kerja (BLK) dengan spesialisasi Teknik Informatika yang didirikan pada tahun 2021, bantuan dari Kementerian Ketenagakerjaan RI sebagai jawaban atas tantangan masa depan, bahwa santri di samping harus tafakkuh fiddin juga harus menguasai teknologi. Sehingga harapannya ketika santri dapat menguasai teknologi yang didasari oleh ilmu agama, maka akan melahirkan santri santri yang berteknologi serta beriman dan bertakwa.
“Alhamdulillah saat ini ponpes Nadwa memiliki santri yang berjumlah kurang lebih 450 santri, adapun santri santrinya ada yang berasal dari luar provinsi Sumatera Utara, yakni Jambi dan Riau, dan tentunya mayoritas dari daerah Kabupaten Mandailing Natal”, Ujar Roisul Muallimin Ustadz Irman Armedi Harianja, S. Pd,
Diakhir pembicaraannya, masih menurut ustadz alumnus Fakultas Tarbiyah UIN Sumatera Utara tahun 2017 sekaligus Mutakhorrij Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum Gombong Kebumen, beliau menuturkan “Sebenarnya banyak orang tua yang ingin memondokkan anaknya kemari, berhubung daya tampung asrama kami tidak memadahi, maka kami terima sesuai dengan kemampuan daya tampung saja”.
Masruri al-Barbasyi/Kontributor NU Online