Khutbah pertama
اللهُ أَكْبَرُx 9 كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا سُبُلَ السَّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُواْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ.
أَمَّا بَعْدُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ، وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وللهِ الحمدُ
Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah.
Ajaran kasih sayang dalam Islam sangat luar biasa. Islam tidak hanya mengajarkan kaum muslimin untuk menyayangi sesama manusia, tetapi juga kepada semua makhluk di bumi. Rasulullah saw. bersabda:
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Orang-orang yang penyayang akan dikasihi oleh Dzat Yang Maha Penyayang, maka sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh makhluk yang ada di langit.”
Hadis ini memerintahkan kepada kita agar kita menyayangi semua makhluk Allah, baik manusia, jin, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan agar kita memperoleh rahmat/kasih sayang Allah Ta’ala dan makhluk yang ada di langit.
Betapa indahnya dunia jika manusia mau memegang prinsip ini. Betapa damainya bumi yang kita huni jika setiap orang mempunyai sifat penyayang.
Kepada binatang sekalipun, Islam memerintahkan untuk menyayanginya. Pernah suatu ketika Rasulullah saw. melakukan perjalanan bersama para sahabat beliau.
Di tengah perjalanan para sahabat melihat seekor induk burung bersama kedua anaknya. Kemudian para sahabat mengambil dua anak burung tersebut. Seketika itu induk burung kebingungan dan mengikuti Rasulullah saw. dan para sahabat. Melihat kejadian itu, Rasulullah saw. bersabda: “Siapakah yang menyusahkan burung ini dan mengambil anaknya? Kembalikan anak-anaknya padanya.”
Kisah ini menginformasikan kepada kita kasih sayang Rasulullah saw. kepada binatang, beliau menegur para sahabat yang telah membuat induk burung gelisah karena dua ekor anaknya diambil oleh mereka.
Menyayangi binatang tidak boleh dianggap sepele, karena ada beberapa hadis yang menceritakan limpahan apunan dosa dan pahala dari Allah bagi orang yang menyayangi binatang. Pernah Rasulullah saw. menceritakan kisah seorang wanita pezina yang melihat seekor anjing yang sedang menjulurkan lidahnya sambil karena kehausan, lalu si wanita tersebut turun ke dalam sumur untuk mengambil air dan kemudian dia memberi minum anjing tersebut. Rasulullah saw. menceritakan bahwa Allah swt. memuji perbuatan wanita itu dan mengampuni dosanya.
Begitupun sebaliknya, menyakiti binatang juga tidak boleh dianggap sepele karena ada beberapa hadis yang mengancam orang yang menyakiti binatang. Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. menginformasikan ada seorang laki-laki yang rajin beribadah masuk ke neraka karena menyakiti binatang.
Semua petuah Rasulullah saw. ini menegaskan, kasih sayang seorang muslim hendaknya kepada semua makhluk, termasuk kepada binatang. Apalagi dalam Islam ada beberapa perintah yang mengharuskan kita berinteraksi dengan binatang, seperti aqiqah dan kurban yang Insya Allah akan kita laksanakan selepas shalat Idhul Adha ini.
Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah.
Islam memerintahkan menyayangi binatang tidak hanya saat ia hidup, tetapi juga saat ia hendak disembelih harus dengan cara yang baik sebagai bentuk kasih sayang seseorang kepada binatang. Dalam urusan penyembelihan, misalnya, Rasulullah saw. sangat rinci mengaturnya dalam sabda beliau,
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ.
"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ihsan (berbuat baik) atas segala sesuatu, maka apabila kalian membunuh, hendaklah berlaku ihsan di dalam pembunuhan, dan apabila kalian menyembelih, hendaklah berlaku baik di dalam penyembelihan, hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah hewan yang akan disembelih," (HR Muslim).
Allah swt. di dalam hadis ini mewajibkan setiap muslim agar berbuat ihsan (baik) kepada segala sesuatu, termasuk kepada bintang. Diantara bentuk berbuat baik kepada binatang adalah berbuat baik dan menyenangkannya kala menyembelihnya.
Ada beberapa bentuk berbuat baik dan menyenangkan hewan yang akan disembelih:
1. Tidak mengasah pisau di hadapan hewan yang akan disembelih. Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas bahwa ada seseorang merebahkan kambing untuk disembelih dan dia mengasah pisau. Nabi saw. bersabda: "Apakah kamu ingin menyembelihnya berkali kali? Hendaklah kalian menajamkan pisau sebelum hewan direbahkan," (HR al-Hakim).
2. Menyembunyikan pisau dari hewan yang akan disembelih. Ibnu Umar berkata, "Rasulullah saw. memerintahkan untuk mengasah pisau, tanpa memperlihatkannya kepada hewan,” (HR. Ahmad).
3. Membawa hewan kurban dengan lembut. Abu Sa’id al-Khudri r.a. berkata, “Nabi saw. pernah berpapasan dengan seorang lelaki yang sedang menarik kambing di telinganya. Nabi saw. bersabda: ‘Jangan tarik telinganya, tapi peganglah lehernya’." (H.R. Ibnu Majah)”
4. Tidak boleh menyembelih hewan dihadapan hewan lainnya. Ada sebuah riwayat yang menceritakan salah satu penyebab Allah swt. menguji Nabi Ya’kub dengan berpisah dari putera bilau yang bernama Nabi Yusuf a.s. karena beliau menyembelih hewan di hadapan induknya.
5. Membaringkan hewan dengan pelan dan lembut.
Jika kita menyembelih hewan kurban dengan penuh kasih sayang, tanpa menyakitinya, mudah-mudahan kita termasuk orang yang dirahmati Allah Ta’ala. Ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah saw.:
يَا رَسُوْلَ اللهِ! إِنِّي لَأَذْبَحُ الشَّاةَ فَأَرْحَمُهَا
“Wahai Rasulullah, aku menyembelih seekor kambing lantas aku merahmatinya,”
Rasulullah saw. menjawab:
والشَّاةَ إِنْ رَحِمْتَهَا، رَحِمَكَ اللهُ
“Bahkan seekor kambing jika engkau merahmatinya maka Allah akan merahmati engkau,” (H.R. Al-Bukhari).
Jamaah shalat Idhul Adha rahimakumullah.
Islam memerintahkan kepada kita untuk menyayangi binatang, apalagi menyayangi manusia, tentu lebih ditekankan lagi. Kasih sayang merupakan salah satu sifat terpuji yang sangat dicintai oleh Allah swt. karena kasih sayang dapat mendorong manusia untuk membantu meringankan penderitaan yang dialami oleh manusia lain.
Dengan adanya kasih sayang, tercipta kepedulian, kedamaian, dan rasa empati kepada orang lain.
Banyak hadis Nabi Muhammad saw. yang mengorelasikan kualitas keimanan seseorang dengan cinta, sayang, dan berbuat baik kepada sesama. Diantaranya sabda Rasulullah saw.:
لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidaklah beriman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri,” (H.R. al-Bukhari).
Sabda Nabi tersebut menegaskan bahwa nilai cinta kasih melekat dalam Iman itu sendiri. Oleh karena itu, dengan memegang prinsip cinta kasih, kita dituntut untuk mengasah kepekaan sosial sehingga terbentuklah umat yang saling asih dan saling asuh antara satu dengan yang lainnya.
Banyak ajaran Islam yang mencerminkan kasih sayang dan saling penduli kepada sesama, seperti dalam penyaluran hewan kurban.
Para ulama sepakat bahwa orang yang berkurban disunnahkan memakan daging kurbannya tidak lebih dari sepertiga untuk mengharap berkah, sedangkan selebihnya wajib disedekahkan kepada fakir miskin. Oleh karena itu, sebagian ulama membagi hewan kurban menjadi tidak bagian: sepertiga untuk orang miskin sebagai sedekah, sepertiga untuk orang mampu atau kerabat sebagai hadiah, dan sepertiga untuk orang yang berkurban untuk mengharap berkah dari hewan kurban yang ia sembelih.
Ketentuan semacam ini mengajarkan kepada kita untuk saling peduli, berbagi dan membahagiakan saudara-saudara kita, terutama bagi orang-orang yang membutuhkan. Sikap semacam ini akan menumbuhkan sikap saling menyayangi antara satu dengan yang lainnya. Rasulullah saw. bersabda:
تَصَافَحُوْا يَذْهَبُ الغِلُّ ، وتَهَادَوْا تَحَابُّوا ، وَتَذْهَبُ الشَحْنَاءُ
“Saling bersalamanlah (berjabat tanganlah) kalian, maka akan hilanglah kedengkian (dendam). Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai dan akan hilang kebencian.” (HR. Malik).
Sebagai seorang muslim kita diajarkan untuk saling mencintai dan menyayangi, dan diajarkan untuk menjauhi sifat tercela yang dapat menimbulkan kebencian dan perselisihan. Ibadah qurban mendidik seorang muslim untuk menyembelih nafsu hewaniyah yang ada di dirinya, yang berwujud egoisme, keserakahan, ketamakan dan sifat-sifat hewani lainnya yang harus dikekang dan dilenyapkan dari dalam diri manusia.
Jika sifat hewani ini senantiasa terpelihara di dalam diri seseorang, akan memicu munculnya perselisihan dan permusuhan antara sesama. Daya bakar permusuhan dan kebencian sanggup menghanguskan segala jasa baik dan kisah-kisah indah sebuah kebersamaan.
Jamaah shalat Idhul Adha Rahimakumullah,
Pada hari Raya Idhul Adha yang mulia ini, marilah kita tumbuhkan dan pupuk dalam diri kita sifat penyayang yang penuh cinta kasih kepada semua makhluk ciptaan Allah, sehingga mudah-mudahan kita termasuk kedalam sabda Rasulullah saw.:
إِنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ
“Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang,” (H.R. Ath-Thabarani).
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
Khutbah Kedua
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. للَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَ بَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللّهمَّ حَبِّبْ إلَيْنَا الإيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.
Oleh : Ustadz Ahmad Fauzi, S.SI.,MA(LDNU Bintan/Komunitas NgopiReligi Bintan)