• logo nu online
Home Warta Nasional Daerah Melayu Keislaman Opini Pendidikan Sosok Khutbah Pemerintah Parlemen Pustaka Video Mitra
Rabu, 1 Mei 2024

Daerah

Praktik Baik Moderasi Beragama

Kolaborasi Banser-Pemuda Katolik Karimun Ciptakan Keharmonisan dan Toleransi

Kolaborasi Banser-Pemuda Katolik Karimun Ciptakan Keharmonisan dan Toleransi
Kolaborasi Banser-Pemuda Katolik Karimun Ciptakan Keharmonisan dan Toleransi(Foto:NUOK/ist)
Kolaborasi Banser-Pemuda Katolik Karimun Ciptakan Keharmonisan dan Toleransi(Foto:NUOK/ist)

Karimun, NU Online Kepri

Di setiap wilayah di Indonesia rasanya tidak ada agama yang 100% dianut agama tertentu. Bahwa kemudian ada yang dominan bahkan nyaris di angka 95 %, itu hal lumrah. Agama mayoritas memang ada, tapi 100% warganya menganut agama tertentu, nyaris belum ada.


Untuk itulah kemudian diperlukan Keharmonisan dan saling pengertian antar penganut beragama demi terciptanya masyarakat yang kuat. Tentu saja memang menjaga dan merawat kebhinekaan itu bukan perkara mudah dan murah. Diperlukan saling pengertian, saling bisa memahami, dan saling toleransi untuk menciptakan masyarakat yang harmonis. Sehingga konflik atas nama agama bisa ditekan, syukur-syukur bisa dinetralkan.


Berbagai cara dilakukan untuk terus menjaga Kebhinekaan dan keharmonisan ini. Dan, biasanya memang diperlukan pelibatan ormas untuk menjaga keharmonisan, sebab ormas memiliki pengikut yang fanatik dan langsung bersentuhan dengan masyarakat akar rumput.


Di Karimun, Kepulauan Riau, secara umum toleransi bisa tumbuh. Perbedaan keyakinan bisa diterima oleh masyarakat. Di beberapa jalan-jalan utama di kota itu, banyak berdiri rumah-rumah ibadah agam yang diakui di Indonesia. Jamaah juga tanpa ragu dan takut bisa menjalankan kegiatan keagamaannya dengan khusyuk. Tentunya ini menjadi modal yang bagus untuk menciptakan Keharmonisan ditengah keberagaman.


Salah satu penjaga keberagaman dan keharmonisan itu adalah ormas bernama Banser NU dan Pemuda Katholik. Di Karimun, kedua ormas ini kerap melakukan kegiatan bersama untuk menciptakan sikap saling menghargai. Sikap saling toleransi. Sikap saling pengertian.

Kolaborasi Banser-Pemuda Katolik Karimun Ciptakan Keharmonisan dan Toleransi.(Foto:NUOK/ist)


Pun begitu misalnya ketika ada perayaan hari raya Idul Fitri, beberapa anggota Pemuda Katholik cabang  Karimun tanpa dikomando menjaga masyarakat yang sedang melaksanakan ibadah sholat Idul Fitri. Keberadaan Pemuda Katholik itu bukan saja saat perayaan Hari Idul Fitri, tapi beberapa anggota Pemuda Katholik cabang Karimun, malam sebelum sholat Idul Fitri tampak berbincang santai dengan salah satu pengurus masjid yang juga kebetulan salah Kasatkorcab Banser Karimun.


Hal itu dibenarkan oleh Yusriadi, Kasatkorcab Banser Karimun saat menerima wawancara Tim NU Online Kepri di kediamannya, Rabu (20/12/2023). Zainur menjelaskan, kedatangan Pemuda Katholik cabang Karimun  itu ke masjid AL-Jihad di mana tempat berlangsungnya sholat Idul Fitri bukanlah semacam kunjungan balasan, karena sebelumnya saat Perayaan Natal, personil Banser juga turut menjaga gereja.


Menurutnya, poin bukan pada kunjungan balasan alis balas jasa, tapi semata-mata kedatangan mereka (Pemuda Katholik) karena mereka sadar akan pentingnya terus menjaga kerukunan. Terus memelihara sikap toleransi. Sebab, kalau tidak dipupuk, dipelihara, konflik antar agama mudah saja disulut. Menurutnya, jika sudah terjadi konflik, masyarakat terkotak-kotak, butuh rekonsiliasi besar untuk kembali menciptakan Keharmonisan. "Itulah pentingnya saling menghargai, sebab bangsa ini juga dibangun atas dasar perbedaan," jelas Ndan Yusriadi sapaan akrabnya.

Kolaborasi Banser-Pemuda Katolik Karimun Ciptakan Keharmonisan dan Toleransi.(Foto:NUOK/ist)


Yusriadi mengisahkan, teman-teman Pemuda Katholik saat lebaran juga kerap datang berkunjung, bersilaturahmi ke rumah-rumah anggota Banser. Kunjungan itu terkadang juga disertai dengan keluarga masing-masing. Menurut Yusriadi, mereka (Pemuda Katholik) adalah saudara dalam bernegara," terangnya.


Sejak ia memimpin Gerakan Pemuda Ansor, Kolaborasi Banser-Pemuda Katholik terus ditingkatkan. Bukan hanya pada melaksanakan kegiatan bareng yang sifatnya formal, terkadang juga hanya sekadar ngopi bareng. Diskusi-diskusi dengan mengangkat tema keberagaman dan moderasi beragama juga pernah dilakukan. Menurutnya, hal itu dilakukan untuk memberi pesan kepada masyarakat bahwa kemanusiaan di atas segalanya. Perbedaan bukan sesuatu hal untuk dipertentangkan.


Ia juga bercerita bahwa, setiap kali ada isu agama dan menjadi perbincangan nasional, lalu kemudian menjadi konflik. Ia segera mendiskusikan itu dengan beberapa pengurus teras Pemuda Katholik. Tujuannya agar, konflik itu tidak meluas dan masyarakat bisa mendapatkan pencerahan. Sehingga konflik itu tidak kemudian meluas dan sampai ke daerah-daerah.


"Sepertinya misalnya isu Israel. Meski kami tau itu bukan hanya konflik agama, namun masyarakat sudah terlalu termakan propaganda. Maka, yang kami lakukan sebenarnya dulu mendudukkan masalah. Kami (Ansor Banser-pemuda Katholik) harus kompak dulu. Harus satu suara dulu. Kalau kami saja pecah. Kan repot. Akhirnya, isu Palestina- Israel tidak terlalu punya dampak untuk sampai mengoyak persatuan. Intinya sebenarnya adalah, bagaimana kita bisa mendudukkan setiap permasalahan itu. Apalagi masalah agama, terlalu riskan. Tapi saya percaya, masyarakat sudah sangat faham, hanya saja kadang terlalu cepat digiring untuk percaya hoax," terangnya.


Dalam setiap Pemilu ada saja kemudian kontestan hingga tim sukses yang menggunakan isu agama sebagai jualan politik. Memang isu agama menjadi sangat seksi untuk dijual. Bukan hanya karena pemilih Indonesia mayoritas muslim, isu agama juga dinilai sangat efektif untuk menyudutkan beberapa pihak. Sebab agama membuat orang mudah tersulut emosinya. Kasus Ahok salah satu contohnya.


Sialnya, sangat sulit melarang para kontestan untuk tidak menjadi isu agama sebagai jualan. Untuk itu Ndan Yusriadi mewanti-wanti kalau-kalau isu agama ini kemudian menjadi titik awal terjadinya konflik atas nama agama di masyarakat. Misalnya larangan untuk memilih anggota dewan yang tidak seiman. Menurutnya, ini sangat berbahaya jika menjadi konsumsi publik.


"Itu yang kemudian menjadi perhatian kami. Sudahilah kampanye-kampanye atas nama agama. Masih banyak cara untuk merebut hati masyarakat. Apalagi kemudian ada instruksi untuk memilih anggota dewan yang seiman. Ini tentu sangat parah," urainya.


Pemuda Katholik dan Banser atas terus didepan untuk menyuarakan perbedaan. Mereka lebih percaya diri, sebab di lapangan dan realitasnya memang mereka kerap mempertontonkan Keharmonisan itu. Modal itu yang bisa ditunjukkan kemasyarakat.


Daerah Terbaru