• logo nu online
Home Warta Nasional Daerah Melayu Keislaman Opini Pendidikan Sosok Khutbah Pemerintah Parlemen Pustaka Video Mitra
Kamis, 28 Maret 2024

Keislaman

Empat Bulan yang paling Mulia: Momen Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Amal Saleh

Empat Bulan yang paling Mulia: Momen Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Amal Saleh
Ilustrasi
Ilustrasi

Alhamdulillah sudah beberapa hari ini kita telah mengarungi bulan Rajab, salah satu dari empat bulan yang dimuliakan (bulan Haram) oleh Allah Ta'ala selain bulan Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, dan Muharram. Allah Ta'ala berfirman:


(إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثۡنَا عَشَرَ شَهۡرࣰا فِی كِتَـٰبِ ٱللَّهِ یَوۡمَ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضَ مِنۡهَاۤ أَرۡبَعَةٌ حُرُمࣱۚ ذَ ٰ⁠لِكَ ٱلدِّینُ ٱلۡقَیِّمُۚ فَلَا تَظۡلِمُوا۟ فِیهِنَّ أَنفُسَكُمۡۚ وَقَـٰتِلُوا۟ ٱلۡمُشۡرِكِینَ كَاۤفَّةࣰ كَمَا یُقَـٰتِلُونَكُمۡ كَاۤفَّةࣰۚ وَٱعۡلَمُوۤا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلۡمُتَّقِینَ)


"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa," (QS. At-Taubah: 36).

Keistimewaan empat bulan  ini atas bulan yang lain merupakan suatu hal yang sudah lumrah dalam Islam, karena Allah swt. juga memberikan keistimewaan waktu tertentu atas waktu yang lain, seperti hari Jum'at memiliki keistimewaan atas hari yang lain, Lailatul Qadar atas malam-malam yang lain. Allah memberikan keistimewaan suatu wilayah atas wilayah yang lain, seperti "Tanah Haram" (Mekah dan Madinah) memiliki keistimewaan melebihi wilayah-wilayah lainnya. Allah mengistimewakan sebagian manusia atas sebagian yang lain, para Nabi memiliki keistimewaan di atas manusia lainnya, keistimewaan Nabi Muhammad melebihi keistimewaan para Nabi lain; dan orang yang paling bertakwa memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah atas yang lainnya. 

Keistimewaan yang Allah berikan kepada empat bulan ini sebagai bulan Haram (bulan yang mulia) tentu saja ada konsekuensinya, menurut Imam Fakhruddin Al-Razi, siksa atas maksiat yang dilakukan pada bulan Haram lebih berat dari siksa atas maksiat yang dilakukan pada bulan lainnya. Begitu juga sebaliknya, pahala atas ketaatan yang dilakukan pada bulan Haram lebih besar dari pahala atas ketaatan yang dilakukan pada bulan lainnya. 

Ketaatan yang dilakukan pada bulan Haram juga sangat berpengaruh besar terhadap kesucian jiwa. Pun sebaliknya, kemaksiatan yang dilakukan pada bulan Haram berpengaruh besar terhadap kekeruhan jiwa seorang mukmin. 

Karena hal inilah, para ulama menganjurkan agar kita lebih memperbanyak amal saleh dan meninggalkan maksiat di empat bulan ini karena, sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Fakhruddin al-Razi: pertama, seseorang yang meninggalkan maksiat pada empat bulan Haram ini terkadang menjadi faktor ia akan meninggalkan kemaksiatan secara total pada bulan-bulan lainnya. 

Kedua, jika seseorang melakukan ketaatan dan meninggalkan maksiat pada empat bulan Haram ini, maka seandainya dia melakukan maksiat pada bulan lainnya, kemaksiatannya itu tidak membuat dia berat untuk melakukan ketaatan. Padahal, bukan rahasia umum lagi, kemaksiatan yang dilakukan seseorang akan menjadi setitik noda yang akan mengotori hati pelaku maksiat. Setiap ia melakukan maksiat, noda-noda itu akan terus menyelimuti hatinya, lambat laun jika dibiarkan, noda itu akan menjadi kerak yang sulit dibersihkan, sehingga hatinya pun sulit untuk menerima nasihat baik, apalagi melakukan amal saleh. 

Hal ini terjadi karena orang yang melakukan ketaatan di bulan yang dimuliakan oleh Allah, sejatinya dia sedang memuliakan bulan yang dimuliakan Allah tersebut dengan tidak menodainya dengan kemaksiatan, sehingga Allah memuliakan orang tersebut dengan melipat gandakan pahala atas ketaatannya dan menjaga dirinya dari melakukan maksiat di bulan-bulan lainnya. 

Begitu pun sebaliknya, orang yang bermaksiat di bulan Haram, sejatinya dia tidak memuliakan bulan yang dimuliakan Allah tersebut, sehingga Allah pun melipat gandakan dosa atas maksiat yang dilakukannya dan membuat jiwanya keruh, yang menyebabkan ia merasa berat melakukan amal saleh di bulan-bulan lainnya. 

Wallahu a'lam bi al-Shawab.

Oleh : Ustadz Ahmad Fauzi, S.SI.(Komunitas NgopiReligi Bintan)


Keislaman Terbaru