Keislaman

Gus Reza Lirboyo Jelaskan Empat Tipikal Anak Sesuai Dengan Al-Qur’an

Rabu, 23 April 2025 | 13:00 WIB

Gus Reza Lirboyo Jelaskan Empat Tipikal Anak Sesuai Dengan Al-Qur’an

NUOK/Foto: istimewa

Siak, NU Online Kepri

Walaupun hujan mengguyur lumayan cukup deras tetapi antusiasme warga kampung Sialang Baru Kecamatan Lubuk Dalam tetap semangat untuk mengikuti tausyiah yang disampaiakan oleh Gus Reza hingga purnanya acara.

Gus Reza, atau nama lengkapnya adalah Dr. KH. Reza Ahmad Zahid, LC., M.A adalah sosok Laki-laki kelahiran Surabaya 22 September 1980, beliau adalah putra pertama dari enam bersaudara pasangan KH Imam Yahya Mahrus dan Hj. Zakiyah Miskiyah. Beliau termasuk salah satu pengasuh pondok pesantren Mahrusiyah Lirboyo Kediri Jawa Timur.

Dalam mauidhohnya yang dilaksankan di halaman kediaman H. Guntoro Jalur IV dalam rangka walimatul khitan ananda Muhammad Arsyad al-Furqon, pada hari selasa 22 April 2025 jam 22.00 hingga selesai, beliau Gus Reza membeberkan soal pentingnya mendidik anak dengan baik supaya menjadi anak keturunan yang sholeh/sholehah.

 

“Tipikal anak dalam al-Qur’an terbagi menjadi empat :

Pertama, anak sebagai penenang hati, penyejuk jiwa, dan pemimpin orang-orang yang bertakwa. Tipikal ini menjadi yang terbaik dan tertinggi dari seorang anak. Hal itu sebagaimana terungkap dalam doa Al-Qur’an berikut ini.

 رَبَّنا هَبْ لَنا مِنْ أَزْواجِنا وَذُرِّيَّاتِنا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنا لِلْمُتَّقِينَ إِماماً   

 

Artinya: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS al-Furqan, ayat 74).

 

Kedua, anak sebagai perhiasan dunia. Hal itu sebagaimana yang diungkap ayat berikut:

 

   الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ   

 

Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan,” (QS. Al-Kahfi, ayat 46).

 

Ketiga, anak sebagai fitnah atau ujian, sebagaimana yang diungkap dalam ayat:  

 

 إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ  

 

Artinya: "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS. At-Taghabun, ayat: 15).

 

Keempat, anak menjadi musuh. Hal itu diungkap dalam ayat berikut.

 

   يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْواجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ  

 

 Artinya: "Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. At-Taghabun, ayat 14). 

 

Demikian penjelasan beliau dengan jelas dan mudah difahami oleh para jama’ah yang tampak khusuk mendengarkannya, sehingga tampak hening suasananya ketika pengajian sedang berlangsung.

 

Kontributor: Masruri al-Barbasyi