• logo nu online
Home Warta Nasional Daerah Melayu Keislaman Opini Pendidikan Sosok Khutbah Pemerintah Parlemen Pustaka Video Mitra
Sabtu, 27 Juli 2024

Opini

Parizal : Refleksi Hari Lahir Pancasila

Parizal : Refleksi Hari Lahir Pancasila
Parizal : Refleksi Hari Lahir Pancasila.(Foto:NUOK/ist)
Parizal : Refleksi Hari Lahir Pancasila.(Foto:NUOK/ist)

Karimun, NU Online Kepri

Sejarah perjalanan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah bangsa yang besar dalam ragam budaya, sumber daya alam, sumber daya manusia yang terhampar luas ditengah hamparan zamrud khatulistiwa. Sejak awal berdiri Kebhinnekaan merupakan suatu kekayaan bangsa yang diakui, diterima dan dihormati.


Kemajemukan adalah sesuatu yang harus dipertahankan, dipelihara dan dikembangkan yang kemudian berwujud dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Mengacu dari kondisi objektif bangsa Indonesia maka dalam rangka memantapkan persatuan dan kesatuan nasional maka seluruh rakyat Indonesia harus memiliki cara pandang yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai bangsa yang kuat dan bedaulat maka Indonesia harus memiliki landasan ideologi, konstitusi, persatuan dan kesatuan serta semangat keberagaman sebagai modal sosial membangun kekuatan bangsa.


Maka dipandang perlu saat itu para Founding Father Bangsa Indonesia menentukan cara pandang bersama yang kemudian hari bernama Pancasila sebagai Filosofische Grondslag (landasan falsafah negara). Pancasila menjadi dasar negara Republik Indonesia karena memuat beragam pemikiran ideologis, aspirasi kenegaraan dan aliran politik. Pancasila adalah kristalisasi ideologi yang tidak hanya mencakup ideologi besar dunia, tetapi juga mengakui nilai-nilai transendensi, mencerminkan nilai-nilai moral dan agama yang kuat sekaligus mampu mengakomodir keragaman agama di Indonesia.


Prof. Dr. Hazairin, SH, dalam buku Demokrasi Pancasila (1970) mengemukakan, sesuai prinsip negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 29 UUD 1945), dalam negara Republik Indonesia tidak boleh terjadi atau berlaku sesuatu yang bertentangan dengan kaidah-kaidah Islam bagi umat Islam, atau bertentangan dengan kaidah-kaidah agama Nasrani bagi umat Nasrani, atau bertentangan dengan kaidah-kaidah agama Hindu bagi orang-orang Hindu, atau bertentangan dengan kesusilaan agama Buddha bagi orang-orang Buddha.


Pancasila merupakan sebuah landasan atau jalan kehidupan (way of life) bagi kita bangsa Indonesia. Tidak dapat dipungkiri hingga saat ini perjalanan bangsa kita yang telah hampir memasuki usia 79 tahun masih kokoh berdiri hingga saat ini semua karena nilai-nilai yang terkandung dari Pancasila. Kilas balik dialog Presiden Pertama RI Ir. Soekarno yang bertanya kepada Presiden Yugoslavia Joseph Broz Tito mengenai apa yang ditinggalkannya untuk negerinya (Yugoslavia) jika suatu saat meninggal nanti. Lalu Joseph Broz Tito menjawab bahwa dirinya akan meninggalkan tentara-tentara yang berani dan tangguh untuk melindungi bangsanya.


Selanjutnya Presiden Yugoslavia Joseph Broz Tito balik bertanya hal yang sama ke Presiden Ir. Soekarno. Dengan tenang Presiden Ir. Soekarno menjawab “Aku tidak khawatir karena aku telah meninggalkan bangsaku dengan sebuah way of life yakni Pancasila."


Dari dialog tersebut dapat dideskripsikan betapa pentingnya menanamkan sebuah nilai atau cara pandang bersama dalam membangun sebuah negara. Tidak memiliki cara pandang kebangsaan yang sama hingga akhirnya dampak itu terjadi terhadap negara Yugoslavia yang akhirnya bubar disebabkan oleh rentetan gejolak dan konflik politik tahun 1990-an. Salah satunya masalah yang tak tertangani adalah perang antar etnis Yugoslavia hingga terpecah menjadi beberapa negara. Abad ke-21 dunia tengah menyaksikan suatu gelombang krisis ideologi (politik) yang berlangsung begitu masif. Krisis ini mula-mula terjadi di negara-negara yang menjadi episentrum pergulatan ideologi besar dunia. Krisis terus menyebar ke seantero jagat, kapitalisme, liberalisme, sosialisme, dan komunisme sebagai representasi ideologi besar dunia kini mulai disangsikan. Terbukti ideologi-ideologi tersebut gagal merespon dinamika perkembangan dan kebutuhan umat manusia dewasa ini.


Pada 30 September 1960 pada Sidang Umum PBB, Presiden Ir. Soekarno pernah menyampaikan Pancasila sebagai ideologi alternatif dunia.


Para tokoh dunia pun memandang dan mengakui Pancasila sebagai ideologi yang baik. Maka kita bangsa Indonesia harus bangga dan mencintai Pancasila agar tidak terjadi disintegrasi. Kemajemukan yang dimiliki Indonesia memiliki titik sensitif yang cukup tinggi sehingga Pancasila sebagai ideologi, landasan falsafah negara, perjanjian luhur bangsa, gentlemen’s agreement dan kalimatun sawa’ (titik temu) yang menyatukan Indonesia harus terus diterapkan dalam kehidupan.


Kemajuan peradaban Indonesia tercermin dari Pancasila sebagai puncak gagasan bernegara, Rumusan hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal yakni Sila 1 : meliputi, mendasari dan menjiwai sila-sila 2, 3, 4 dan 5.  Sila 2 : diliputi, didasari dan dijiwai sila 1, serta mendasari dan menjiwai sila-sila 3, 4, dan 5. Sila 3 : diliputi, dijiwai sila 1 dan 2, serta meliputi, mendasari dan menjiwai sila-sila 4 dan 5. Sila 4 : diliputi, didasari dan dijiwai sila 1, 2 dan 3 serta meliputi, mendasari dan menjiwai sila 4. Sila 5 : diliputi, didasari dan dijiwai sila-sila 1, 2, 3, dan 4.


Memberikan konsep bahwa rumusan hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Kesatuan sila-sila Pancasila yang "Majemuk Tunggal", "Hierarkhis Piramida" juga memiliki sifat saling mendorong dan mengikat satu sama lain. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam setiap sila terkandung nilai-nilai keempat sila lainnya, atau dengan kata lain dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya. Pancasila sebagai produk dari sintesis kreatif para perumusnya akan mampu menjadi solusi di tengah krisis yang melanda ideologi politik dunia hari ini.


Tanpa melebih-lebihkan Pancasila sangat relevan hingga saat ini sebagai ideologi terbuka dan ini selayaknya menjadi penawar dari berbagai konsep jalan tengah mana pun. Maka berbanggalah kita yang memiliki ideologi sembari mengangkat kembali dan mencita-citakan Pancasila sebagai alternatif ideologi dunia yang patut dipertimbangkan


Selamat Hari Lahir Pancasila - 01 Juni 2024.
Parizal, S.E., M.M. – Dosen STIE Cakrawala Karimun.


Opini Terbaru