• logo nu online
Home Warta Nasional Daerah Melayu Keislaman Opini Pendidikan Sosok Khutbah Pemerintah Parlemen Pustaka Video Mitra
Minggu, 28 April 2024

Opini

Quo Vadis Perdamaian Palestina - Israel

Quo Vadis Perdamaian Palestina - Israel
Quo Vadis Perdamaian Palestina - Israel.(Foto:NUOK/ist)
Quo Vadis Perdamaian Palestina - Israel.(Foto:NUOK/ist)

Opini, NU Online Kepri

Beberapa hari ini, framing berita Israel - Palestina begitu mencuat, hampir di setiap televisi dan media online menampilka  peristiwa berdarah, tubuh-tubuh yang terluka parah, wajah tangisan orang tua yg duduk di sudut gedung besar, dan seorang laki-laki menggendong bocah kecil wajahnya bersimbah darah. Di berita online CNN, penulis melihat gambar anak-anak bersimbah darah digendong pemuda di balik retuntuhan gedung Gaza.


Memahami konflik israel - palestina, seperti siklus tahunan yang tidak pernah berhenti, bahkan berabad-abad. Setiap tahun isu ke dua negara tersebut tidak pernah berhenti, isu internasional yang bukan saja dibahas di perundingan antar negara, tapi juga di bahas di angkringan warung kopi, di tempat ibadah, dan perbincangan masyarakat di tingkat RT/RW.


Berbagai macam analisa dari buku tebal karya Karen Armstrong berjudul History of God, masterpiece karya Simon Sebag berjudul Jerusalem The Biography, atau karya Teras Kuncahyono “Jerusalem, kesucian akhir dan pengadilan”, hampir semuanya membuat analisa kritis super komplit baik dari tinjauan historiography, sosio kultural, ekonomi dan politik. Berbagai Cerita mitologi tentang Israel dan Yerusalem telah menempatkan itu menjadi Episentrum 3 agama besar Abrahamik: Yahudi, Kristen, Islam. Namun kebesaranya seperti memiliki takdir tentang brutalitas berdarah karena perebutan kekuasaan politik, dan menjadi tempat seksi & ambisius demi pengaruh identitas.


Sementara kalangan tokoh-tokoh agamawan menganalisis legenda israel dengan mengambil ayat-ayat kitab suci sebagai acuan analisa, walaupun beberapa ada yang beranggapan berakhirnya kisah israel palestina akan mendekatkan pada kiamat.


Agenda analisa yang tidak pernah berhenti dan selalu update hampir membuat otak kita seperti orang kecil tidak tahu apa-apa karena setelah baca buku 1 ternyata buku lainnya kita menemukan hal baru yang tidak ada di buku sebelumnya, baik mitologi atau catatan penemuannya. Hanya, setiap cerita kritis itu tidak pernah menyisakan makna bagi peradaban, sejarah tidak memberikan apa-apa kecuali hanya sekedar catatan sejarah buku di rak perpustakaan, karena sejak Israel berdiri 1948 konflik masih berlanjut. Di Indonesia, polemik ke 2 negeri tersebut melahirkan rasan2 di level bawah, karena berbagai macam narasi di media berhamburan di mana mana baik lewat broadcast wa atau FB, dan beberapa sikap politik masyrakat diwujudkan dalam demo silidaritas utk palestina. sementara di atas terbatas memberikan rekomendasi dan dukungan alternatif di PBB, seperti yang pernah terjadi pada tahun 2016 perihal pemukiman ilegal israel di pakestina, kemudian dukungan politik terbatas pada Palestina. Sementara sisi lain, konon indonesia juga memiliki kepentingan dengan eksport beberapa komoditas ekonomi ke israel, melalui pintu Singapura.


Penulis melihat, seandainya Negeri ini bisa memberikan warna alternatif solusi atas konflik ke dua negara tersebut, bahwa persoalan ke dua negara tersebut telah merenggut ratusan nyawa berabad-abad, ego sejarah yang masih absurd harus dihilangkan, berbagai macam solusi yang berupa rekomendasi ke dewan keamanan PBB atau usulan ke negara-negara asia tidak bisa diselesiakan tanpa harus terlibat dengan negera tersebut. Untuk menyelamatkan Palestina, Indonesia tidak bisa lagi hanya berdiri luar panggung, negeri ini harus berani ambil langkah membuat pintu diplomasi dan masuk ke “lingkaran” politik israel, Mesir negeri pertama kali yang berperang dengan Israel beberapa tahun lalu saja sudah membuka pintu diplomasi, bersama dengan Jordania. Banyak negara muslim mulai membuka diri dengan israel setelah sekian lama perang dingin, Geopolitik dunia sudah berubah. Sudah saatnya Indonesia mengambil peran sebagai mediator perdamaian dunia, dengan melakukan normalisasi Indonesia - Israel. Normalisasi hubungan dengan Israel bukan berarti Indonesia mendukung penjajahan yang dilakukan oleh Israel dan melupakan perjuangan terhadap kemerdekaan Palestina. Dengan adanya normalisasi ini, Indonesia dapat lebih aktif mendorong kemerdekaan Palestina karena mereka memiliki hubungan dengan Israel. Akan ada dialog-dialog yang bisa dilakukan kedua negara yang bisa jadi mengarah pada kemerdekaan Palestina, dan hubungan kedua negara bisa mengarah pada ketergantungan ekonomi Indonesia dan Israel. Sisi lain, mengutip sumber berita dari dari Detik.News, dengan bekerja sama dengan Israel, Indonesia dapat mengembangkan teknologi di bidang konektivitas dan pertahanan digital serta memaksimalkan prospek perdagangan yang mencapai angka 193 juta dolar AS, pun Israel merupakan negara dengan perkembangan teknologi yang cukup maju terutama di bidang militer, farmasi, dan pertanian.


Penulis melihat, sejarah puluhan tahun kalau kebijakan politik negeri ini tetap kokoh mempertahakan penolakan hubungan normalisasi dg Israel, lebih disebabkan oleh sentimen agama, atau faktor politik karena Indonesia negeri pertama yang menudukung kemerdekaan Palestina di Aljazair th 1988. Hanya, realitas yang terjadi saat ini adalah, Israel adalah sebuah negara yg memiliki peran besar dalam peradaban dunia. Sisi lain, Bukankah israel bukan negeri agama-Yahudi, tapi Republik demokrasi dengan sistem parlementer, dan penganut pemeluk agama terbesar ke 2 adalah islam setelah Yahudi, disamping Kristen, Druzz dll. Dinamika penganut agama tersebut masuk ke wilayah politik dan ekonomi. Bukankah Partai Raam yg berhaluan Islam dipimpin oleh Mansour Abbas telah masuk menjadi parlemen Knesset dan pernah mendukung presiden Netanyahu.


Indonesia dapat meniru kebijakan yang dilakukan oleh Turki dengan terus mendukung kemerdekaan Palestina, namun tidak menutup kerja sama dengan Israel dengan didasarkan pada beberapa alasan khususnya ekonomi. Ini membuktikan bahwa Indonesia bisa melangkah pada dua sisi.


Berharap kita bisa berpikir bersama, agar negeri ini bisa visioner dengan melahirkan alternatif solusi yg realistis dengan keadaan, bahwa Israel adalah Negara dengan kepentingan besar dunia.


Tidak ada tujuan lain bagi kita. selain meletakan pondasi kemanusiaan dan menyelamatkan semua anak bangsa. Karena hari ini dunia ini masih belum filosofis, dan tidak adil bagi anak-anak disana. Kita bukan saja berbicara dan dalam konflik politik dalam negeri, tapi juga harus berani berbicara tentang politik luar negeri berbasis kemanusiaan bahwa tidak yang lebuh penting  dari apapun selain Kemanusiaan. Dan kita hanya melihat melihat "Siapa yang Menindas, dan Siapa yang Tertindas"

Oleh : Dwi Suryo (Bendahara PCNU Kota Batam)


Opini Terbaru