Presiden Jokowi Widodo menyampaikan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran strategis. Karenanya perlu dilakukan sensus untuk menghasilkan data yang akurat. Hal itu disampaikan presiden dalam arahannya saat pencanangan pelaksanaan sensus pertanian, Mei lalu.
Data memang menjadi amat penting diketahui untuk kemudian dijadikan acuan dalam merumuskan berbagai kebijakan. Data yang akurat juga bisa dimanfaatkan oleh kalangan pengusaha untuk menentukan langkah bisnisnya kedepan.
Sensus Pertanian
Dalam mengumpulkan suatu data, terdapat dua pendekatan yang dilakukan yakni survei dan sensus. Survei adalah kegiatan pengambilan data dari sebagian elemen atau anggota dari suatu populasi. Elemen data yang diambil dari anggota itu disebut sampel. Sedangkan sensus adalah kegiatan pengambilan data dari semua elemen/anggota dari populasi.
Penyelenggaraan sensus di Indonesia dilakukan dalam tiga periode, yaitu.
Sensus penduduk. Sensus dilaksanakan pada tahun berakhiran "0". Dan, sensus penduduk terakhir dilaksanakan pada 2020 lalu. Sedangkan sensus pertanian dilaksanakan di tahun yang berakhiran "3". Penyelenggaraan sensus pertanian yang dilaksanakan tahun ini merupakan pelaksanaan yang ke-7. Di mana sensus pertanian dimulai sejak tahun 1963. Sementara sensus ekonomi dilaksanakan di tahun yang berakhiran "6".
Pentingnya Sensus Pertanian
Sensus Pertanian akan dimulai persis 1Juni—30 Juli 2023. Dengan melibatkan lebih dari 190 petugas sensus. Ada tujuh subsektor yang akan disensus, meliputi: Peternakan, Perkebunan, Perikanan, Kehutanan, jasa pertanian, tanaman pangan, dan holtikultura. Sementara responden yang akan didata meliputi, usaha pertanian perorangan atau petani, usaha pertanian berbadan hukum atau pengusaha, dan usaha pertanian lainnya di Indonesia.
Dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pertanian masuk tiga besar terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yakni mencapai 12,9 %. Sektor pertanian juga menjadi penyerap angkatan tenaga kerja terbesar yakni di angka 27%.
Di masa pandemi bahkan sektor pertanian menjadi salah satu yang tetap tumbuh positif. Sementara secara nasional, ekonomi Indonesia tercatat negatif. Dilangsir dari data BPS, sektor pertanian tumbuh 2,95 persen di triwulan pertama tahun 2021.
Sektor pertanian bisa dibilang menjadi tulang punggung ekonomi selama pandemi. Di saat industri lain tengah lesu.
Sensus pertanian punya peran untuk memotret itu semua. Semua potensi yang dimiliki di sektor pertanian. Termasuk bagaimana peran anak muda selama ini di sektor pertanian yang memang telah diketahui mampu tumbuh ketika pandemi menyerang. Bagi petani, sensus pertanian bisa dimanfaatkan untuk melihat tren curah hujan beberapa tahun belakangan, sehingga bisa dengan cepat dan akurat mengambil kesimpulan untuk memilih jenis tanaman apa.
Sedang bagi pemerintah, data pertanian yang akurat bisa menghasilkan langkah dan keputusan yang kuat. Tak berdasar pada pemikiran saja. Dengan data yang akurat keputusan yang diambil berbasis data bukan berbasis asumsi.
Pengusaha Butuh Data
Kalangan pengusaha juga sangat membutuhkan data akurat tentang pertanian. Data yang bermutu akan membantu menganalisa semua potensi bisnis di masa mendatang. Termasuk juga semua kemungkinan resiko yang akan dihadapi.
Data yang lengkap juga diperlukan untuk melihat jenis tanaman, pola tanaman, hingga ketersediaan pupuk sehingga para pelaku usaha bisa melihat di suatu daerah, para petani membutuhkan apa.
Data juga diperlukan oleh para pengusaha untuk melihat tren tanaman di suatu daerah, sehingga ia bisa memproyeksikan akan ketersediaan bibit dan pupuknya.
Suksesnya sensus pertanian 2023 akan sangat berpengaruh bagi sektor pertanian kedepannya. Dengan data yang akurat, diharapkan sektor pertanian terus mampu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian.
